Iklan_1

Education & Financial Konsulting

Education & Financial Konsulting
Education & Financial Konsulting

Agrobisnis & Pariwisata

Agrobisnis & Pariwisata
Agrobisnis & Pariwisata

Digital & Network Development

Digital & Network Development
Digital & Network Development

Lunturnya nilai pancasila dan perjuangan kemerdekaan




Manusia sebagai educandum memiliki hak dan kewajiban untuk terus menerus meningkatkan ilmu dan pengetahuannya. Pengetahuan tercipta sebagai sarana untuk melanjutkan hidup karena hanya orang yang berpengetahuan lah yang dapat melanjutkan hidupnya. Dasar dari pengetahuan lahir sejak pradaban kehidupan dimulai. Ilmu yang digunakan tentunya ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan sesama manusia sebagai kebutuhan yang mendasar tentang sebuah kebenaran “shopia” dan cinta “philo”. Dengan demikian sudah selayak manusia cinta terhadap kebenaran. Kebenaran yang terlahir di indonesia ialah kebenaran berdasarkan dasar negara yakni pancasila.
Dimana manusia indonesia memiliki sikap religius yang tinggi, dia paham tentang keberadaan tuhan dan memiliki sikap layaknya seseorang yang bertuhan. Takut menjalani hidup yang keluar dari norma agama dan senang melaksanakan kebaikan. Selain dari itu, siswa harus memiliki sikap adil terhadap sesama. Memiliki rasa persatuan yang tinggi dan sadar sebagai masyarakat yang dipimpin dan meiliki jiwa sosial terhadap sesama. Sehingga melalui kebersamaan yang erat, saling tolong menolong dan saling  memberikan kontibusi dalam kebaikan.
Namun, maraknya berita yang mencuat mengenai kenakalan remaja yang tidak sesuai dengan moral bangsa sangat jauh menyimpang terhadap nilai educandum yang seharusnya. Sehingga perjalanan hidup manusia tercabik- cabik oleh rasa takut dan tidak ingin lagi berkarnya karena   merosotnya moral bangsa. Kebhinekaan yang ada di indonesia menjadi penyekat dalam proses melahirkan science untuk putra-  putri bangsa yang religius (pertama), meiliki sikap rasa adil (kedua), memiliki rasa persatuan (ketiga), menyadari sebagai rakyat yang dipimpin (kempat) dan mampu memiliki sikap adil dan mampu bersosial untuk seluruh rakyat (kelima).
Sikap siswa yang indisipliner, tumbuh pada diri siswa. Sebagai tanda lunturnya moral dan nasionalisme bangsa. Mereka lupa sejarah tentang bagaimana semangat para pemuda masalalu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Soekarno pernah berkata:
Beri Aku Sepuluh Pemuda Akan Kuguncang Dunia
Soekarno mendefinisikan bahwa seorang pemuda, memiliki semangat yang tinggi untuk merubah perdaban indonesia sehingga memiliki karya yang dapat memberikan manfaat terhadap keberlanjutan hidup. Bukan seorang pemuda yang mengganti kenalpot, dan menarik gas di kerimunan orang (kurangnya sikap adil karena mengganggu ketertiban masyarakat) kurangnya kepatuhan terhadap perturan (lemahnya kepemilikan sikap sebagai warga negara yang terpimpin) dan melawan terhadap orang yang memberikan nasihat terhadap kebaikan.
Secara embrio memang manusia tercipta dari sari pati tanah yang hina. Namun, tidak sepatutnya manusia yang memiliki sikap yang hina keluar dari norma pancasila. Sebagai manusia yang betuhan, adil, sosial, terpimpin dan bedaulat. Sudah menjadi keharusan untuk terus menerus belajar dan berkarya sebagai perwujudan perjuangan bangsa.
Perang sudah kembali dimulai, sejak pertamakali ditemukanya sarana komunikasi karena ketidak sesuaian dalam pemanfaatannya. Jika sekarang perang dengan genjotan senjata mereka akan kalah karena semangat bangsa masih tinggi. Namun, mereka lebih cerdas dibandingkan kita sebagai warga negara indonesia. Melalaui media komunikasi canggih, intenet, televisi dan radio mereka memulai peperangan. Sehingga ketika melakukakn peperangan dengan warga sendiri, antara sesama masyarakat saling mencaci, saling memaki, adu domba dan sampai akhirnya saling membunuh.
Sadarkah kita bahwa mereka (orang asing) sedang memasang bom waktu pada diri setiap warga indonesia dengan cara merubah mainset melalui media komunikasi yang canggih. Sehingga kita semua lupa akan sejarah dan pada akhirnya ketika kita lupa pada sejarah maka akan lupa diri. Ketika lupa diri maka hadirlah kasus eno, anak Sekolah Dasar jadi pengedar obat terlarang dan masih banyak contoh lain yang menandakan bahwa kita sudah mulai kalah perang.
Mereka (orang asing), tidak kehilangan nyawa. Karena yang berperang antara masyarakat bangsa sendiri. Ketika nilai pancasilan dan arti sejarah sudah dilupakan maka masyarakat tidak lagi memiliki idiologi pada akhirnya mereka akan lupa diri. Orang sudah tidak memiliki idiologi maka mereka akan kehilangan akal sehat.
Sudah sebuah kepatutan bahwa sekarang harus kembali pada ideologi bangsa yang bertuhan, adil, terpimpin, berdaulat dan sosialisasi. Mampu  memiliki integritas bangsa yang memahami pada dasar negara tersebut. Jadi sebagai seorang siswa harus memiliki landasan tentang bagaimana bertuhan untuk memberikan keyakinan dan ketenangan pada saat belajar sehingga memiliki budi pekerti yang luhur dan mampu menjadi anak yang memiliki akhlak mulia. Serta memiliki prilaku menghargai orang lain dan hormat kepada orang yang lebih tua. Menumbuhkan sikap percaya diri dan sadar sebagai masyarakat yang terpimpin tidak melakukan kegiatan diluar norma agama dan negara.
Mempu bersosialisasi terhadap masyarakat, memberikan tauladan tentang bagaimana keharusan dalam menjalani hidup dan mampu memberikan kontibusi positif dalam menciptakan sebuah karya untuk meningkatakn kredibilitas bangsa sehingga pada akhirnya bangsa ini menjadi bangsa yang mampu menciptakan produk bukan terus menerus menggunakan produk orang lain.

Share Post:

Yogi Iskandar


Yogi Iskandar

Yogi Iskandar

Sponsor By:

SUBSCRIBER


SUBSCRIBER

Iklan_Foot