Manusia sebagai educandum memiliki hak dan kewajiban untuk terus menerus
meningkatkan ilmu dan pengetahuannya. Pengetahuan tercipta sebagai sarana untuk
melanjutkan hidup karena hanya orang yang berpengetahuan lah yang dapat
melanjutkan hidupnya. Dasar dari pengetahuan lahir sejak pradaban kehidupan
dimulai. Ilmu yang digunakan tentunya ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan
sesama manusia sebagai kebutuhan yang mendasar tentang sebuah kebenaran “shopia”
dan cinta “philo”. Dengan demikian sudah selayak manusia cinta terhadap
kebenaran. Kebenaran yang terlahir di indonesia ialah kebenaran berdasarkan
dasar negara yakni pancasila.
Dimana manusia indonesia memiliki sikap religius yang tinggi, dia paham
tentang keberadaan tuhan dan memiliki sikap layaknya seseorang yang bertuhan. Takut
menjalani hidup yang keluar dari norma agama dan senang melaksanakan kebaikan. Selain
dari itu, siswa harus memiliki sikap adil terhadap sesama. Memiliki rasa
persatuan yang tinggi dan sadar sebagai masyarakat yang dipimpin dan meiliki
jiwa sosial terhadap sesama. Sehingga melalui kebersamaan yang erat, saling
tolong menolong dan saling memberikan
kontibusi dalam kebaikan.
Namun, maraknya berita yang mencuat mengenai kenakalan remaja yang tidak
sesuai dengan moral bangsa sangat jauh menyimpang terhadap nilai educandum yang
seharusnya. Sehingga perjalanan hidup manusia tercabik- cabik oleh rasa takut
dan tidak ingin lagi berkarnya karena merosotnya moral bangsa. Kebhinekaan yang ada
di indonesia menjadi penyekat dalam proses melahirkan science untuk putra- putri bangsa yang religius (pertama), meiliki
sikap rasa adil (kedua), memiliki rasa persatuan (ketiga), menyadari sebagai
rakyat yang dipimpin (kempat) dan mampu memiliki sikap adil dan mampu bersosial
untuk seluruh rakyat (kelima).
Sikap siswa yang indisipliner, tumbuh pada diri siswa. Sebagai tanda
lunturnya moral dan nasionalisme bangsa. Mereka lupa sejarah tentang bagaimana
semangat para pemuda masalalu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Soekarno pernah
berkata:
“Beri Aku Sepuluh Pemuda Akan
Kuguncang Dunia”
Soekarno mendefinisikan bahwa seorang pemuda, memiliki semangat yang
tinggi untuk merubah perdaban indonesia sehingga memiliki karya yang dapat
memberikan manfaat terhadap keberlanjutan hidup. Bukan seorang pemuda yang mengganti
kenalpot, dan menarik gas di kerimunan orang (kurangnya sikap adil karena mengganggu
ketertiban masyarakat) kurangnya kepatuhan terhadap perturan (lemahnya
kepemilikan sikap sebagai warga negara yang terpimpin) dan melawan terhadap
orang yang memberikan nasihat terhadap kebaikan.
Secara embrio memang manusia tercipta dari sari pati tanah yang hina. Namun,
tidak sepatutnya manusia yang memiliki sikap yang hina keluar dari norma
pancasila. Sebagai manusia yang betuhan, adil, sosial, terpimpin dan bedaulat. Sudah
menjadi keharusan untuk terus menerus belajar dan berkarya sebagai perwujudan
perjuangan bangsa.
Perang sudah kembali dimulai, sejak pertamakali ditemukanya sarana
komunikasi karena ketidak sesuaian dalam pemanfaatannya. Jika sekarang perang
dengan genjotan senjata mereka akan kalah karena semangat bangsa masih tinggi. Namun,
mereka lebih cerdas dibandingkan kita sebagai warga negara indonesia. Melalaui media
komunikasi canggih, intenet, televisi dan radio mereka memulai peperangan. Sehingga
ketika melakukakn peperangan dengan warga sendiri, antara sesama masyarakat
saling mencaci, saling memaki, adu domba dan sampai akhirnya saling membunuh.
Sadarkah kita bahwa mereka (orang asing) sedang memasang bom waktu pada
diri setiap warga indonesia dengan cara merubah mainset melalui media
komunikasi yang canggih. Sehingga kita semua lupa akan sejarah dan pada
akhirnya ketika kita lupa pada sejarah maka akan lupa diri. Ketika lupa diri
maka hadirlah kasus eno, anak
Sekolah Dasar jadi pengedar obat terlarang dan masih banyak contoh lain yang
menandakan bahwa kita sudah mulai kalah perang.
Mereka (orang asing), tidak kehilangan nyawa. Karena yang berperang
antara masyarakat bangsa sendiri. Ketika nilai pancasilan dan arti sejarah
sudah dilupakan maka masyarakat tidak lagi memiliki idiologi pada akhirnya mereka
akan lupa diri. Orang sudah tidak memiliki idiologi maka mereka akan kehilangan
akal sehat.
Sudah sebuah kepatutan bahwa sekarang harus kembali pada ideologi bangsa
yang bertuhan, adil, terpimpin, berdaulat dan sosialisasi. Mampu memiliki integritas bangsa yang memahami pada
dasar negara tersebut. Jadi sebagai seorang siswa harus memiliki landasan
tentang bagaimana bertuhan untuk memberikan keyakinan dan ketenangan pada saat
belajar sehingga memiliki budi pekerti yang luhur dan mampu menjadi anak yang
memiliki akhlak mulia. Serta memiliki prilaku menghargai orang lain dan hormat
kepada orang yang lebih tua. Menumbuhkan sikap percaya diri dan sadar sebagai
masyarakat yang terpimpin tidak melakukan kegiatan diluar norma agama dan
negara.
Mempu bersosialisasi terhadap masyarakat, memberikan tauladan tentang
bagaimana keharusan dalam menjalani hidup dan mampu memberikan kontibusi
positif dalam menciptakan sebuah karya untuk meningkatakn kredibilitas bangsa
sehingga pada akhirnya bangsa ini menjadi bangsa yang mampu menciptakan produk
bukan terus menerus menggunakan produk orang lain.