Iklan_1

Education & Financial Konsulting

Education & Financial Konsulting
Education & Financial Konsulting

Agrobisnis & Pariwisata

Agrobisnis & Pariwisata
Agrobisnis & Pariwisata

Digital & Network Development

Digital & Network Development
Digital & Network Development

Secarik tulisan dari orang-orang miskin tapi kaya


Secarik tulisan dari orang-orang miskin tapi kaya


Sesampainya dirumah kusimpan seponggok tas yang berisi dokumen-dokumen dan tiga buah buku serta satu unit laptop. Terkadang saya sendiri bingung kenapa saya harus membawa barang sebanyak itu? Ada yang bilang bahwa itu semua harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam hati saya bertanya “apakah hanya seorang guru yang harus membawa buku dan laptop serta dokumen-dokumen pendukung?”. Pertanyaan demi pertanyaan datang menghantuiku, tentang inilah, tentang itulah, tentang apalah dan bagaimana.
Lalu kenapa orang lain tidak melakukan apa yang aku lakukan, apakah orang lain sudah memiliki kecerdasan melibihi apa yang aku miliki. Namun, apabila orang lain memiliki kecerdasan seperti apa yang aku miliki seharusnya banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik secara struktur pembangunan dan pola pemikiran. Tetapi yang aku lihat hanyalah ketamakan dari segelintir orang yang mengaku demi umat, padahal setelah dianalisis itu semua hanyalah kebohongan belaka. Dengan dalih bahwa kami butuh makan, kami butuh ini, itu. Yah, saya percaya dan itu tidak harus dilontarkan oleh setiap orang tetapi yang jadi pertannyaan apakah orang lain tidak boleh makan, tidak boleh, memenuhi kebutuhan ini, itu?
Jika memang anda memiliki pemikiran yang sama dengan saya coba sedikit berpikir dan memberikan penilaian kepada lingkungan anda. Apakah ada kesesuaian antara keinginan dan pemenuhan kebutuhan. Jika dipandang secara mendalam bahwa hampir setiap orang memiliki keinginan namun tidak dapat memenuhi kebutuhan. Lalu pertanyaanya kebutuhan apa yang tidak terpenuhi oleh orang-orang. Hampir setiap orang memandang kebutuhan itu hanya beridentik pada jumlah motor yang dimiliki, jumlah mobil yang dimiliki, kondisi rumah yang bagus. Mereka melek, tapi melek pemenuhan isi perut dengan dalih bahwa hidup itu harus keren. Ya, harus keren tapi secara psikis tapi tidak keren secara rasional.
Kenapa tidak keren secara rasional, mereka merelakan hidup dengan serba kekurangan “tapi tidak kurang gajihnya”. Lalu kurang apanya? Kurangnya karena ketamakan sehingga gajih jutaan masih tidak cukup sehingga menjadi santapan bank untuk pinjaman. Mereka rela mengorbankan orang lain untuk memenuhi kartu kredit. Kurang apanya om?, kurang syarat dalam membuat adminisstrasi kependudukan hehehe. Seharusnya kerja dimulai jam 8 datang e jam 9 baru nongol, pulang jam 16 tapi jam 12 sudah capcus. Bener gak nich, silahkan anda nilai sendiri bener kagaknya.
Kenapa itu semua bisa terjadi, hal itu terjadi karena mereka lebih banyak mengisi perut daripada mengisi otak mereka dengan segembol buku. Setiap hari mereka rela mengosongkan tangannya tanpa membawa secarik tulisan yang diisi dengan tulisan seseorang yang telah berpikir untuk mengembangkan dunia. Apa buktinya brow, buktinya tokok buku dikuningan tutup gara-gara bukunya gak laku dijual. Apa yang dilontarkan orang yang buka toko itu kuningan sedikit sekali peminat buat baca buku. Hehehe Ketika ditanya kenapa mereka lakukan itu, kenapa hidup ini diambil pusing kan udah ditakdirkan oleh sang pencipta, jadi gak harus baca buku. E e e e e, kok malah mengkambing hitamkan sang pencipta! Hehehe.
Dengan dalih kesibukan, padahal masih sempet ngerumpi. Mereka bilang gak sempet baca buku, dengan alasan gak ada uang untuk beli buku padahal mereka masih sempet melakukan wisata kuliner. Pantes aja dunia ini semakin edan. Menjadi seorang pembaca memang sulit, tetapi jauh lebih sulit menjadi seorang penulis. Lah kenapa tidak, berbagai alasan timbul gimana tidak sekarang lebih asik nulis di buku kredit daripada sibuk nulis di buku debet. Alasanya, kenapa tidak seperti apa yang telah tadi saya katakan karena keinginan lebih besar daripada kebutuhan. Hay, ngawur aja gue biarin lah.
Ketika saya mengunjungi salah satu toko buku di kuningan, ada sebuah paket dari bandung. “Pak, paket ini pesanan semua pak?”, “ia mas” jawab pemiliki toko. Lalu siapa aja mas yang pesan buku sebanyak ini, “dosen dan guru mas”.  Kemudian saya nanya, “ada gak mas mahasiswa yang pesen buku”, “ada mas tapi”. Jawab pemiliki toko, “Tapi kenapa?” tannya saya. “Tapi yang paling banyak mahasiswa yang pesen buku rata-rata tugas dari dosen buat beli buku”. Se se se, kenapa bisa gitu. Lalu kemana para pegawai pemerintah dan mahasiswa. Tapi sedikit saya berpikir untuk aja masih ada dosen yang maksa mahasiswa buat beli buku. Kalau tidak, jangan-jangan selama 4 tahun kuliah mahasiswa gak punya buku satupun.
Tapi setelah saya pikir ulang kenapa hanya dosennya yah yang beli buku, yang menjadi pertanyaan kemana para guru SD, SMP dan SLA. Lah, daripada pusing mendingan gue ngopi.

Share Post:

Yogi Iskandar


Yogi Iskandar

Yogi Iskandar

Sponsor By:

SUBSCRIBER


SUBSCRIBER

Iklan_Foot