Saat aku pagi menjelang aku rentangkan kedua tanganku
sambil menguap dan aku menyebutkan kalimah alhamdulilah. Aku mulai turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar
mandi untuk membersihkan muka dan mengambil air wudu. Seselainya dari kamar
mandi akupun kembali kekamar untuk melaksanakan sholat subuh. Sehabis sholat
subuh akupun pergi kedapur dan membuat secangkir kopi.
“sruuuuup”, suara yang keluar ketika aku meminum
kopi. “hem,... nikmat sekali” gumamku dalam hati merasakan nikmatnya kopi yang
aku minum. Aku merasa, betapa indah sekali hidup ini. Aku memanjatkan syukur
alhamduliha kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas nikmat yang telah diberikan
olehnya sehingga aku masih diberikan kesehatan sampai hari ini.
Sambil menikamati kopi, terlintas dalam pikiranku
mengenai pekerjaan yang akan aku kerjakan nanti. Apa yang hendak aku kerjakan
nanti, sehingga aku bisa kembali melangsungkan hidup aku. Akupun mulai berpikir
dan mencari jalan keluar kira- kira apa yang hendak aku kerjakan. Dalam hatipun
aku mengguman dan memanjatkan do’a
“Ya Tuhan berikan aku kemudahan dalam menjalankan
hidup ini, lapangkanlah hati dan pikiran aku sehingga aku bisa melaksanakan
amanah-Mu untuk menjadi kholifah di muka bumi ini. serta aku bisa menjadi salah
seorang yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain serta jadikanlah aku
orang yang selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Mu”.
Ketika menjelang siang akupun bergegas mandi dan
mengganti pakaian. Kemudian aku pergi keluar tanpa mengetahui apa yang dapat
aku kerjakan. Sambil berjalan aku terus berdo’a berharap akan mendapatkan
pekerjaan baru. Selang beberap menit, aku mendengar suara seseorang yang
memanggil- manggil namaku. “gi, gi, gi” suara itu terdengar jelaskan akupun
menoleh. Ketika aku menoleh aku melihat seseorang dari belakang
mengulang-ngulang tanganya menandakan dia memanggilku. Dari kejauhan aku
melihat mukanya samar- samar, kemudian aku menghampirinya. Ketika aku mulai
mendekat ternyata pak sumarsono. Guru saya wakti di SMA.
Kemudia aku bersalaman dan menyapanya.
“Pagi Pak, gimana kabar abapak”
“Baik, kamu sendiri gimana Kabarnya”
“Baik Pak”
“Ouh Ia, gimana sekolah kamu?”
“saya sudah lulus pak, tiga bulan yan lalu”
“Emh, Sekarang kamu kerja dimana”
“Belum pak”
“ouh, kebetulan”
“saya lagi butuh buat jadi pegawai tata usaha
disekolah, kamu mau tidak”
“mau, mau, mau pak. Mau banget”
“Ouh, ya udah besok kamu datang kesekolah Jam 07.00.
sekarang bapak mau berangkat ke kuningan dulu mau rapay di dinas”
“ouh, ia pak. Terimakasih banyak”
Kemudian pak sumarsono pun, meninggalkan aku dengan
sepeda moto Supra X125 yang mengeluarkan suara yang merdu. “grung, gerung,
gruuuuuunnnngggg”. Suara itu semakin, lama makin hilang senyap dibawa oleh
angin. Hal itu juga menggambarkan kebahagiaan aku, yang hilang ketika suara
perut saya mengeluarkan suara. “haduh, ni perut. Gak, gak bersahabat banget.
Sabar donk, ni juga aku lagi usaha”.
Gumam ku, sambil memegang perut yang belum diisi dari
sejak pagi. “haduh, gimana. Mana beras gak ada, jangankan uang. Beras aja aku
tidak punya”. Aku kembali menggerutu, sambil menggaruk- garuk kepala. Aku mulai
berpikir, mulai besok aku mungkin mulai kerja. Tapikan, aku tidak tahu kapan
aku akan mulai mendapatkan uang.
Sambil memegang perut akupun melangkahkan kakiku yang
sama sekali aku tidak tau akan pergi kemana dan apa yang akan aku kerjakan
sehiangga aku bisa mendapatkan uang untuk membeli beras atau setidaknya makanan
yang dapat mengurangi rasa lapar aku.
Ketika aku berjalan sambil melihat pepohonan dengan harapan aku bisa
mendapatkan buah- buah untuk mengisi perut aku. Merasa lelah aku, aku berjalan
kaki. Akupun memutuskan untuk pulang, dalam pikiran aku setidaknya dengan jika
aku tidur dirumah setidak akan mengurangi tenaga yang aku keluarkan sehingga
aku bisa bertahan hidu hingga esok hari.
Ketika aku mulai melihat pekaranganku, aku melihat
sosok wanita yang duduk didepan rumah aku. Akupun, mulai menghampirinya. Ketika
aku datang, dia berdiri dan menyapaku.
”maaf, ni a yogi?” dia
“ia betul, sama siapa ya?”
“aku dinara, dari media pelangi”
“ouh, ya. Barang kali, maksud kedatangan mba apa?”
“emh, aku......”
“bentar- bentar jangan dilanjut dulu. Aku, lupa....
kita ngobrol didalam aja yuk, biar lebih santai”
Akupun menuju pintu dan membuka pintu rumah yang
kuncinya sedikit macet.
“haduh, kunci
pake macet segala” aku menggurutu, dalam
hati sambil melepar senyum kepada wanita berparas cantik, dan ayu. Dengan
sedikit dipaksa akupun bisa membuka, pintu rumah aku. “kreeeeet”, suara engsel
pintu rumah yang mulai mengarat karena tidak terawat. Saat, aku membuka pintu
rumah aku.
“allhamdulilah, akhirnya pintu bisa kebuka juga” kata
aku sambil, tersenyum kepada wanita itu. “silahkan masuk”, akupun
mempersilahkan wanita itu masuk.
“mau minum gak, mbak. Maaf, aku hanya punya air
putih. Jadi gak, bisa nawarin. Minuman yang lain” kata aku kepada dia
“Boleh dech, air putih juga. Haus, nih nungguin aa
dari tadi gak datang”
“tar aku ambil dulu air minumnya, emang nunggunya
lama ya mba”, akupun melontarkan pertanyaan sambil pergi menuju dapur.
“Lumayan a”, kata dia membalas pertanyaan aku. Haduh,
damai sekali rasanya hati aku saat dia memanggil kata “aa”.
Sekembalinya dari dapur, akupun membalas jawaban dari
dia.
“Maaf ya mba, silahkan diminum”
“ouh, ia” kata dia
“maaf mba, rumah saya berantakan. Maklum, saya
tinggal sendiri” kata aku, ...
“Ga apa- apa”, singkat dia menjawab. Sambil, meminum
air yang aku suguhkan untuk dia.
“kruk, kruk, keruk.......”. sialan ni, peruk pake
bunyi lagi saat ada tamu lagi. Aku hanya, terdiam dan pura- pura tidak mendengar
suara apa- apa.
“suara apa, itu” dia mencloteh. Sambil tersensyum.
“haduh, syumnya itu loh menggoda. Haha, suara yang
mana mba” kata aku, pura- pura tidak
mengetahui suara yang keluar dari manapun.
“itu, suara kaya orang yang lagi puasa”
“ach, gak ada suara apa- apa”, kata aku,