Terbesit Wajahmu Yang Sayu
Kehampaan Terlihat Dari Renyuh Wajahmu
Siapakah Engkau,.....!
Siapakah Engkau,....!
Diujung Pelupuk Mataku, Tertuju Pada Matamu
Aku di lahirkan dan di besarkan di desa
yang asri dan cukup jauh dari kota. Kehidupan yang aku jalanni tergolong orang
biasa-biasa saja. Kondisi keluargakupun secara ekonomi berada pada kondisi
ekonomi menengah kebawah. Pengalamanku tentang cinta tidak terlalu banyak
karena aku bukanlah tipe orang yang mudah mendapatkan cinta. Pendiam mungkin
itu julukan buat aku, keseharianku lebih banyak diam dirumah sehingga aku tidak
terlalu banyak teman dan pengalaman hidupkupun terkesan monoton.
Dari kecil hingga lulus kuliah aku tidak
pernah jauh dari kedua orang tuaku, aku. Di usia 29 tahun orang tuaku ingin
segera menikah sedangkan aku menanggapi itu
biasa saja. Ketika pagi menjelang, aku terbangun dari tidur yang teramat pulas
karena lelah bekerja. Sesaat aku terbangun aku melihat seisi kamar kusam penuh
dengan kehampaan seperti halnya hati ku. Akupun bergegas ke kamar mandi, untuk
membasuh muka dan mengambil air wudu. Seselesainya wudhu, akupun bergegas
melaksanakan sholat subuh.
Do’a- do’a terlantunkan ketika selesai
sholat subuh. Aktifitasku berlanjut, menghampiri setoples gula dan kopi. Satu
sendok kopi dan satu setengah gula aku tuangkan kedalam gelas di tambah dengan
air panas.
“seruffff”, bunyi yang keluar saat
kopi yang kuminum sambil berjalan menuju meja belajar untuk mempersiapkan
bahan- bahan yang akan hendak aku kerjakan di siang ini. Sambil
mempersiapakan bahan- bahan tersebut akupun, termenung dengan kehampaan yang
terasa dalam hati ini. “akan kah aku menemukan, orang yang dapat mengerti dan
memahami aku serta menerima aku apada??” Pertanyaan itu selalu muncul di hati
dan pikiran aku, seperti halnya sebuah teror yang selalu datang di setiap saat.
Waktu menunjukan puluk 6.00 aku mulai
membereskan kamar dan mengambil sehelai handuk dan bergegas ke kamar mandi.
Sehelai baju seragam yang terjait rapih selayaknya seorang pegawai
yang memiliki honor tinggi terpang-papang di tubuhku. Yah, aku seorang guru
honorer yang hendak pergi kerja. Sepeda moto win, yang aku modifikasi dengan
bodi KLX menjadi teman dalam perjalan kuliah ku. Aku gunakan sebagai alat
tranfortasi untuk berangkat kuliah dan kerja.
“gojreg,.... gojreg”, suara yang keluar
saat aku menyalakan sepeda motor tua. Kaki kiri kuangkat dan ku tekan dalam-
dalam untuk memasukan tranmisi, agar motor dapat berjalan. “grunnggggg”,
lantunan suara yang keluar dari kenalpot motorku saat hendak pergi berangkat
kerja. Sambil menikmati perjalanan aku melihat kanan dan kiri, sesekali aku
tersenyum pada orang- orang yang aku kenal.
“pagi pak”, sapaan anak-anak saat aku
datang kesekolah. Kunci kontak motor aku putar kekiri untuk mematikan mesin
motorku. “geclek”, suara standar motor saat motor kusimpan di parkiran dan
membiarkannya menunggu aku bekerja. Anak- anakpun berlarian hanya sekedar untuk
menyapa dan bersalaman. Senyum simpul terlepar pada anak-anak saat aku menyapa
mereka.
Selang beberapa jam, aku berkerja dan
saat tiba pukul 14.00 aku mematikan laptop dan bergegas pulang. Seketika akupun
menghidupkan motor dan menjalankannya. Sambil menikmati, perjalan dan tersenyum
simpul pada setiap orang yang aku kenal. Aku tertuju pada sesosok wanita yang
telihat cantik di balik pintu kaca toko. Spontan jantungku berdegup kencang dan
teringat pada wajah cantik itu.
Waktu pun terus berjalan, aku hanya bisa
menjalani aktifitas seperti biasa. Tanpa sadar, selang beberapa tahun aku
berangkat kerja kesekolah. Aku terperanjat saat keluar dari gang rumah melihat
seorang wanita yang berjalan saat ia hendak berangkat kerja. Aku hanya bisa
melirik, dan bertanya dalam hati. Siapakah wanita itu, wanita yang mampu mengetuk hatiku. Selama ini aku
hanya bisa terdiam tanpa ada rasa dan cuek saat melihat seorang wanita.
Pertanyaan itu hanya bisa tersimpan, dan dibiarkan saja menemani perjalanan
hidupku.
Dua bulan berlalu, aku kembali dipertemukan
dengan seorang wanita pada waktu aku hendak pergi berangkat kerja. Saat aku keluar
dari gang kecil yang memiliki lebar tidak kurang dari satu meter dan aku
mengendarai sepeda motor. Aku melihat seorang wanita yang berjalan. Dia menggunakan
jaket merah dan rok panjang berwarna hitam. Matanya sayu, alisnya yang nyatu. Hatikupun
tersentak saat aku melihatnya, “siapakah wanita itu”. Pertanyaanku dalam hati,
dan aku hanya bisa melirikan mataku tak mampu berucap walaupun hanya sekedar
kata “hay”. Akupun membiarkan dia terus berjalan, dan hilang dari pandangannku.
“Selama ini aku tidak pernah melihat dia”,
gumamku sambil menikmati perjalananku menuju tempat kerja, “ah mungkin dia anak
tetanggu yang tidak aku ketahui, selama inikan aku jarang keluar rumah”, akupun
kembali berbicara dalam hati. Perjalananku, berakhir ketika aku sampai di
tempat kerja dan aku menjalankan aktifitas seperti biasanya.