B. Karakteristik Inovasi
Pendidikan
Secara etimologis, istilah karakteristik
merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir.
Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic,
yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari
sesuatu. Secara garis besar karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas,
yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara
umum, Karakteristik Inovasi Pendidikan dapat diartikan berdasarkan kata
Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau
bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki oleh setiap individu, corak
tingkah laku, tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode
yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang di
gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas,
karakteristik inovasi pendidikan bisa diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter
yang dimilki oleh suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil invensi atau discovery yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Berdasarkan
uraian tersebut kini tiba saatnya untuk membicarakan kaitan antara inovasi dan
modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial,
perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan
pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu
atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan
dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi
dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya
modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu diadakan
transmigrasi. Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi masyarakat, maka
transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide
transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti sudah memenuhi ciri
masyarakat modern yang siap menghadapi perubahan dan meninggalkan pola pikir tradisi
yang bersemboyan (bahasa jawa) “mangan ora mangan yen kumi” artinya meskipun
tidak makan asal tetap berkumpul dengan sesama saudara
Bentuk karakteristik inovaso
pendidikan:
1.
Baru, berbeda dari hal atau keadaan
sebelumnya
2.
Kualitatif, peningkatan nilai guna dan
nilai tambah pada peningkatan mutu
3.
Hal, mencangkup berbagai komponen dan
aspek dalam pendidik baik berupa ide, kegiatan/praktek kerja, dan hail produksi
4.
Unsur kesengajaan, dilaksanakan secara
terencana
5.
Meningkatkan kemampuan, meningkatkan
kemampuan berbagai sumber masukan yang ada dalam pendidikan yang meliputi unsur
manusia, kemampuan dana, sarana dan prasarana
6.
Tujuan, mempunyai kejelasan sasaran
dan hasilnya
- Alasan atau
masalah yang menuntut Perlunya Inovasi Pendidikan
Cepat
lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri. Everett M. Rogers (1993: 14-16)
mengemukakan karakteristik inovasi sebagai berikut:
1. Keuntungan
relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
2.
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
3.
Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
4. Trialabilitas
(trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
5. Dapat
diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
1. Keuntungan relatif (Relative
Adventage)
Keuntungan
relatif (Relative Adventage) adalah tingkat dimana inovasi dirasa
sebagai hal yang lebih baik dari pada ide yang digantikannya. Tingkat
keuntungan relatif sering kali ditekankan dalam keuntungan ekonomi, pemberian
status dan cara-cara lainnya. Lingkungan inovasi sebagian besar menentukan
apakah keuntungan relatif tipe tertentu
(seperti ekonomi, social dan lain-lain) cukup penting bagi adopter, meskipun
karakteristik sebagian besar adopter juga cukup penting dalam mempengaruhi
dimensi keuntungan relatif.
a.
Faktor ekonomi dan banyaknya adopsi
Beberapa produk baru mencakup
kemajuan teknologi yang berhasil mengurangi biaya produksi, menjadikan harga
jual yang lebih murah bagi konsumen. Para pelaku ekonomi menyebutnya sebagai “lerning
by doing” (Arrow, 1962).
Contoh tepat adalah kalkulator saku,
yang dijual 250 $ (Rp. 2.500.000) pada tahun 1972. Dalam beberapa tahun
kemajuan teknologi dalam memproduksi semi konduktor sebagai bagian penting
kalkulator, membuat barang yang sama (bahkan memiliki empat fungsi) hanya
dijual sekitar 10 $ (Rp.100.000).
Ketika harga dari produk baru turun
dengan dramatis selama proses difusi (penyebaran), banyaknya adopsi tentu saja
dengan cepat terjadi. Dari contoh tersebut, bagaimana sebuah karakteristik dari
inovasi merubah secara positif banyaknya adopsi.
Pertentangan terhadap pentingnya karakteristik
keuntungan relatif dengan karakteristik inovasi lainnnya yang dirasakan oleh
petani Amerika dapat ditemukan melalui literature tentang difusi. Griliches
(1957), seorang ahli ekonomi, menjelaskan sekitar 30 % dari varian banyaknya
adopsi jagung hibrida berdasarkan pada adanya keuntungan. Dia menggunakan data agregat dari laporan pertanian daerah
dan pusat Negara Amerika, dan karenanya, tidak dapat mengklaim bahwa hasil yang
sama akan diperoleh ketika petani individual menjadi unit analisa. Griliches
(1957) menyimpulkan “Saya percaya bahwa lebih jauh lagi, contoh yang
representatif mengenai variable-variabel sosial cenderung akan ditangguhkan,
dan variabel ekonomi sebagai penentu mayoritas bentuk perubahan teknologi”.
Tuduhan Griliches tentang pentingnya keuntungan ekonomi sebagai penjelasan
utama banyaknya adopsi bersesuaian dengan ahli-ahli ekonomi dari “Chicago
School”, yang memberikan asumsi bahwa bukti berlawanan adalah pada kerja pasar.
Pasar-pasar dengan jelas menguatkan pentingnya penjelasan mengenai banyaknya
adosi dari inovasi pertanian. Untuk beberapa inovasi (seperti ide biaya tinggi
dan keuntungan tinggi), bagi beberapa petani, keuntungan relatif dari aspek ekonomi bahkan dapat menjadi
satu-satunya alat prediksi paling penting mengenai banyaknya adopsi. Akan
tetapi untuk berargumen bahwa factor ekonomi adalah satu-satunya alat prediksi
dari banyaknya adopsi adalah hal yang konyol. Mungkin jika Dr. Griliches pernah
menginterview secara personal salah satu petani Midwestern yang mengadopsi
jagung hibrida, dia akan mengerti bahwa petani-petani tidak 100% orang-orang
ekonomi.
Tidak mengejutkan, bukti lebih kuat
menyangkal tuduhan Griliches: (1) Pada kasus pengadopsian gandum hibrida di
Kansas (Brandner dan Strauss, 1959; Bradner, 1960 dll), dimana kesesuaian lebih
penting dari pada keuntungan. (2) Dan pengadopsian biji jagung hibrida di Lowa
(Havens dan Rogers 1961; Griliches 1962 dll), dimana memutuskan bahwa kombinasi
antara aspek keuntungan inovasi dan aspek dapat diteliti (observability)
merupakan hal yang paling penting dalam menentukan banyaknya adopsi.
b.
Aspek status dalam inovasi
Tidak dapat dipungkiri lagi salah
satu motivasi terpenting untuk hampir setiap individu dalam mengadopsi sebuah
inovasi adalah hasrat untuk mendapatkan status sosial. Untuk inovasi tertentu,
seperti model baju baru, prestise sosial yang dibawa inovasi pada pakaian
tersebut hampir menjadi satu-satunya manfaat yang diterima oleh penerima
inovasi. Faktanya, ketika banyak anggota sistem juga mengadopsi model yang sama,
inovasi (seperti celana panjang atau jeans) dapat hilang dari nilai sosial
adopter. Kerugian berangsur-angsur dari pemberian status dalam inovasi pakaian
tertentu menyediakan sebuah tekanan berkelanjutan untuk model yang lebih baru.
Intinya di sini adalah bahwa model pakaian baru tertentu tidaklah memiliki
fungsi lain bagi pemakai; Singkatnya, jeans adalah jenis pakaian yang sungguh
berguna dan tahan lama. Tapi tentu saja alasan utama dalam membeli model jeans
tersebut lebih ditujukan pada nama disainer yang tercantum dalam saku belakang
jeans. Karakteristik pemberian status
dari inovasi, lebih diutamakan ketimbang ketahan-lamaan dan kebergunaan dari
jeans tersebut. Mungkin pentingnya status sosial dalam keputusan untuk membeli
pakaian baru diindikasikan oleh fakta bahwa pakaian lama seseorang benar-benar
sangat jarang dipakai sebelum digantikan dengan pakaian baru.
Model pakaian yang merupakan
pertimbangan pemberian status tidak berarti satu-satunya alasan utama dalam
adopsi, dan wanita kelas atas juga bukanlah satu-satunya anggota populasi yang
dikenakan pemberian status inovasi. Secara umum dapat dikatakan, pengadosian
inovasi yang tampak (seperti pakaian, mobil baru dan model rambut) kemungkinan
besar karena motivasi status.
Contoh luar biasa dari kapasitas
pemberian status inovasi pertanian ditunjukkan oleh penyebaran gudang
“Harvestore” di pinggiran Negara Amerika Serikat, gudang tersebut dibangun dari
baja dan kaca, dicat dengan warna biru langit, ditunjukkan dengan jelas nama
pembuatnya, tingginya mendominasi kaki langit petani, jadi gudang-gudang
tersebut dengan mudah terlihat dari jalan raya. Karena gudang Harvestore
sangatlah mahal (dari 30.000 $ sampai 70.000 $ tergantung ukurannya) sebagian
besar ahli pertanian merekomendasikan kepada para petani Amerika untuk membeli
gudang penyimpanan hasil pertanian yang lebih murah. Tapi kualitas pemberian
status dari Harvestore menarik begitu banyak petani. Dan faktanya, beberapa
petani Amerika sendiri, dengan contoh yang jelas memilikinya, padahal dua gudang
Harvestore dipedesaan setara dengan dua garasi mobil di perumahan kota.
Seperti yang telah kami gariskan
sebelumnya, orang-orang tertentu (yang mengadopsi sebuah inovasi di waktu
tertentu) sebagian besar dimotivasi oleh pencarian status dibandingkan motivasi
lainnya. Sebagai contoh, orang-orang
yang berpenghasilan rendah kurang peduli dengan model pakaian. Umumnya, kelas
menengah ke atas tampaknya memberikan perhatian yang lebih kuat pada aspek
pemberian status dari sebuah inovasi. Motivasi status untuk pengadopsian tampak
menjadi hal yang penting bagi innovator, adopter dan mayoritas orang yang
perduli dengan kemajuan jaman tapi kurang penting bagi orang-orang yang kurang
mengikuti perkembangan jaman.
Bukti untuk pernyataan ini
ditunjukkan oleh Van der Haak (1972), yang menanyai dua sampel dari pengusaha
kecil Belanda, satu orang yang menyetujui bantuan financial dari program
pemerintahan baru, sedangkan sampel lainnya merupakan orang yang menolak
bantuan tersebut (padahal mereka memenuhi syarat untuk menerimanya). Pengadopsi
bantuan pemerintah pada bisnis kewirausahaan seperti penjualan barang bekas
(termasuk toko gadai), bagi mereka, bantuan pemerintah dirasa sebagai pemberian
status sosio ekonomi. Akan tetapi, pengusaha yang lebih borjuis, yang menolak
inovasi bantuan pemerintah, merasakan hal itu memalukan untuk diterima, mereka
merasa hal itu akan mengancam prestise sosial di mata komunitas lokal jika
menerima bantuan tersebut, meskipun mereka membutuhkannya. Jadi status social
adalah hal yang cukup kuat mempengaruhi pengadopsi program pemerintah dan
penolaknya, dan inovasi bantuan pemerintah benar-benar memiliki makna sosial
yang berbeda pada dua atau lebih kelompok. Motivasi status sosial menjadi lebih
penting dari pada kebutuhan ekonomi bagi sebagian kecil pengusaha Belanda yang
memutuskan menolak inovasi tersebut.
c.
Dampak-dampak insentif
Banyak agen perubahan menyerahkan
insentif atau subsidi pada klien untuk mempercepat banyaknya adopsi. Salah satu
fungsi dari insentif untuk adopter adalah untuk meningkatkan tingkat keuntungan
relative dari sebuah ide baru. Insentif adalah pembayaran langsung atau tidak
langsung (cash dan non cash) yang diberikan pada individu atau sebuah
sistem untuk mendorong beberapa perubahan
perilaku yang jelas. Seringkali perubahan memerlukan adopsi sebuah innovasi.
Insentif dibayarkan untuk
mempercepat penyebaran inovasi di berbagai bidang: pertanian, kesehatan,
pengobatan, dan perencanaan keluarga (program KB). Kebanyakan penelitian dengan
jelas dilakukan dalam pemberian insentif
program KB dibandingkan bidang lainnya. Sebenarnya, terdapat banyak perbedaan
bentuk inovasi yang dapat di ambil, yaitu:
1) Insentif
Adopter vs Penyebar, insentif dapat dibayarkan langsung kepada adopter atau
orang lain untuk mendorongnya membujuk adopter. Sebuah contoh dari insentif
yang diberikan kepada penyebar inovasi adalah pembayaran kanvaser vasektomi di
India, Insentif penyebar meningkatkan aspek observabilitas dari sebuah inovasi
dibandingkan keuntungan relatifnya.
2) Insentif
individu vs system. Pembayaran mungkin dibayarkan pada seorang adopter,
agen perubahan atau sistem sosial yang mereka miliki. Contohnya, Agen program
KB pemerintah Indonesia membayar insentif kepada desa-desa yang paling tinggi
mengadopsi alat kontrasepsi; kebijakan insentif meningkatkan keuntungan
relative dalam mengontrol kelahiran.
3) Insentif
positif dan negative, kebanyakan
insentif adalah positif yang menghargai perubahan tingkah laku yang diinginkan,
akan tetapi mungkin juga menghukum seseorang dengan menjatuhkan hukuman yang
tidak diinginkan atau dengan mengambil beberapa hal yang diinginkan untuk tidak
mengadopsi inovasi. Contohnya, Pemerintah Singapura memutuskan bahwa setiap
keluarga yang memiliki anak ketiga atau lebih maka tidak memenuhi syarat untuk
menerima biaya persalinan dan harus membayar semua biaya rumah sakit dan dan
biaya pengiriman (dimana hal-hal tersebut gratis untuk semua warga negara)
4) Insentif
moneter vs non moneter. Ketika insentif seringkali berupa pembayaran
financial, insentif-insentif tersebut dapat pula mengambil bentuk berupa
komoditas atau objek yang diinginkan oleh penerima inovasi. Singkatnya, di
India sari dengan segitiga merah (symbol keluarga berencana di india)
diberikan kepada setiap wanita yang disterilkan (tidak ingin punya anak lagi/dimandulkan).
5) Insentif
segera vs tunda. Kebanyakan insentif dibayarkan bersamaan dengan adopsi,
tapi juga ada yang hanya dibayarkan di kemudian hari. Contohnya, beberapa
Negara berkembang menyediakan biaya pendidikan gratis untuk anak-anak yang
lahir dari keluarga dengan jumlah anak sedikit.
Berbagai kombinasi dari ke lima tipe
kebijakan insentif dapat dibayarkan dalam berbagai situasi yang berbeda. Secara
bertahap, bukti yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa insentif tertentu
memiliki pengaruh dalam penyebaran inovasi.
#
Keuntungan relatif dan banyaknya adopsi
Melalui buku ini kami telah
menekankan bahwa penyebaran inovasi merupakan proses pengurangan
ketidakpastian. Ketika seseorang atau organisasi melalui proses pengambilan
inovasi, mereka termotivasi mencari informasi untuk mengurangi ketidakpastian
dari keuntungan relatif sebuah inovasi. Sebagian besar adopter ingin mengetahui
apakah suatu ide baru lebih baik dari pada praktek yang saat ini dilakukan.
Jadi keuntungan relatif (relative adventages) seringkali berisikan
jaringan informasi mengenai sebuah informasi. Pertukaran informasi evaluasi dan
inovasi berada di jantung proses difusi.
Dari itu, tidaklah mengejutkan bahwa
ilmuan difusi telah menemukan bahwa keuntungan relatif adalah salah satu alat prediksi
terbaik dari banyaknya adopsi inovasi. Keuntungan relatif di sisi lain
mengindikasikan kekuatan reward dan punishment dari adopsi inovasi. Terdapat
sejumlah dimensi dari keuntunga relatif: tingkat keuntungan ekonomi, rendahnya
biaya awal, mengurangi ketidakcocokan, menghemat waktu dan tenaga serta
pemberian keuntungan. Faktor terakhir mengungkapkan mengapa inovasi preventif
secara khusus memiliki tingkat adopsi yang rendah. Inovasi preventif adalah
sebuah ide baru dimana seseorang mengadopsi untuk menghindari kemungkinan yang
tidak diinginkan di masa yang akan datang. Seperti ide pembelian asuransi,
penggunaan sabuk pengaman otomatis, praktek konservasi lahan, pemberian vaksin
terhadap virus, atau penggunaan metode kontrasepsi. Keuntungan relatif dari
inovasi preventif sangat sulit bagi agen perubahan untuk menunjukkan pada klien
mereka, karena hal itu berisikan masa yang akan datang, masa yang belum
diketahui.
Hasil investigasi dari persepsi
karakteristik inovasi dan banyaknya adopsi ditunjukkan pada table 6-1 pada buku
Diffusion of innovation. Hampir semua penelitian mengungkapkan hubungan
positif antara keuntungan relative dan banyaknya adopsi.
Kami dapat meringkas penemuan
penelitian tersebut mengenai generalisasi keuntungan relative bahwa : Keuntungan
relative inovasi dirasakan anggota sistem sosial memiliki hubungan positif
dengan banyaknya adopsi. Sayangnya, untuk tujuan generalisasi,
dikebanyakan penelitian tersebut merupakan petani komersial, dan motivasi
mengadopsi inovasinya terpusat pada aspek ekonomi dari keuntungan relatif.
Fliegel dan Kivlin (1966) menilai: “Semenjak kami menguraikan bahwa inovasi
memiliki signifikansi ekonomi untuk orang yang setuju, hal itu tidak
mengejutkan jika persepsi inovasi sebagai yang paling menguntungkan dan
mencakup sedikit resiko dan ketidak pastian akan disetujui dengan sangat
cepat”. Faktanya, sebuah penelitian dari Kivlin dan Fliegel (1967) yang
memasukkan petani Amerika skala kecil (yang kurang berorientasi pada
pertimbangan keuntungan) menemukan bahwa pengurangan dari ketidak cocokan yang
merupakan salah satu dari sub dimensi keuntungan relative, dan bukannya
keuntungan ekonomi memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi.
Aspek ekonomi dari keuntungan
relative bahkan mungkin kurang penting untuk petani di Negara berkembang.
Faktanya, Fliegel dan lainnya (1968) menemukan bahwa petani Punjab di India berperilaku
lebih mirip petani kecil di Pansilvania (bahkan sebenarnya lebih) dari pada
petani skala besar Amerika Serikat, dalam mempertimbnagkan persepsi mereka
terhadap inovasi.
1. Kebersesuaian/Kecocokan
(Compatibility)
Kebersesuaian adalah tingkat dimana
inovasi dirasa bersesuaian dengan nilai yang ada, pengalaman terdahulu, dan
kebutuhan sebagian besar adopter. Sebuah ide yang lebih sesuai adalah yang
memiliki sedikit ketidak pastian: (a)
dengan nilai dan kepercayaan social budaya (b) dengan ide-ide yang dikenal
sebelumnya atau (c) dengan kebutuhan-kebutuhan client akan inovasi.
a.
Bersesuaian dengan nilai dan kepercayaan sosial budaya
Banyak ilustrasi dapat disediakan
tentang bagaimana ketidak sesuaian sebuah inovasi dengan nilai budaya
menghalangi pengadopsian inovasi. Pada bab 1, bagaimana penduduk di desa
Peruvian Los Molinos merasa memasak air sebagai ketidak cocokan dengan nilai-nilai
budaya mereka. Petani Amerika juga menempatkan nilai kuat dalam meningkatkan
produksi pertanian; inovasi konservasi tanah dirasa bertentangan dengan nilai
produksi dan secara bertahap diadopsi dengan lambat.
Dalam kota modern India terdapat
norma kuat dalam memakan makanan menggunakan tangan kiri yang dipercayai
merupakan tangan yang kotor. Kebiasaan
ini dimualai berabad-abad lalu ketika desa-desa di India menggunakan tangan
kiri mereka untuk fungsi-fungsi aktifitas buang air. Pada waktu itu fasilitas sanitasi dan
pencucian tidak memadai dan tangan kiri yang kotor difungsikan dengan komplek.
Akan tetapi saat ini sangat mudah bagi masyarakat kota di India mencuci tangan
mereka sebelum makan. Akan tetapi, kebiasaan tangan kotor dengan kaku tetap
melekat sebagai elemen khusus di kota
India. Lalu, apakah anda mau menjadi agen perubahan yang bertangggung jawab
untuk membujuk orang-orang India makan dengan tangan kiri mereka? Banyak agen
perubahan menghadapi tugas-tugas sulit serupa dalam mempromosikan inovasi-inovasi
yang berhadapan langsung dengan nilai yang dianut dengan kuat oleh masyarakat.
b.
Kesesuaian dengan ide-ide yang dikenal sebelumnya
Sebuah inovasi bisa jadi bersesuaian
tidak hanya dengan nilai budaya yang dianut akan tetapi juga ide-ide yang diasopsi
sebelumnya. Kesesuaian inovasi dengan ide terdahulu dapat mempercepat atau
memperlambat banyaknya adopsi. Ide-ide lama adalah alat utama yang menilai ide
baru. Seseorang tidak dapat menghadapi sebuah inovasi kecuali didasarkan model
lama dan familiar. Praktek sebelumnya adalah standar familiar dimana inovasi
diinterpretasikan dapat mengurangi ketidakpastian.
Contoh penggunaan pengalaman
terdahulu untuk menilai ide baru adalah penilitian difusi di komunitas petani
Kolombia (Fals Borda, 1960). Pertama-tama, para petani mengaplikasikan pupuk
kimia di pucuk benih kentang (di samping mereka juga memupuk dengan pupuk
sapi), Dengan cara demikian justru
merusak benih dan menyebabkan evaluasi negative dari inovasi. Petani lainnya
dengan berlebihan menyemprotkan kentang mereka dengan insektisida, beralih pada
ide metode baru dalam menyirami tanaman.
Banyaknya adopsi dari ide baru
dipengaruhi oleh ide lama yang telah ada. Oleh karena itu, jika ide baru
sangat bersesuaian dengan praktek yang ada, tak akan ada inovasi,
setidaknya dalam pikiran sebagian besar adopter. Dengan kata lain, semakin
sesuai sebuah inovasi maka semakin sedikit perubahan yang ditunjukkan.
Pengalaman negatif dengan sesuatu
inovasi dapat menghambat adopsi inovasi masa depan. Pandangan negatif inovasi
(Arensberg dan Niehoff, 1964) adalah aspek yang tidak diinginkan dari
kebersesuaian. Pandangan negatif inovasi adalah sebuah sikap dimana kegagalan
inovasi mengkondisikan sebagian besar adopter untuk menolak inovasi di masa
yang akan datang. Ketika sebuah ide gagal, kebanyakan adopter terkondisikan
untuk memandang inovasi di masa yang akan datang dengan risau/galau.
c. Kesesuaian
dengan kebutuhan
Salah satu indikasi kesesuaian
inovasi adalah tingkat dimana inovasi dirasakan oleh klien memenuhi kebutuhannya.
Ketika agen perubahan menentukan kebutuhan-kebutuhan kliennya, kesulitan
seringkali terletak pada bagaimana merasakan kebutuhan-kebutuhan; agen
perubahan harus memiliki tingkat empati dan hubungan yang tinggi dengan
kliennya untuk menilai kebutuhan mereka dengan akurat. Kontak interpersonal
dengan klien perorangan, komite penasehat klien untuk agen perubahan, dan
survey terkadang digunakan untuk menentukan kebutuhan inovasi.
Klien mungkin tidak mengetahui bahwa
mereka memiliki kebutuhan akan inovasi sampai mereka sadar ide baru itu. Oleh
karena itu, salah satu dimensi kesesuaian adalah tingkat dimana inovasi dirasa
sebagai pemenuhan kebutuhan klien. Ketika merasakan kebutuhannya terpenuhi,
cepatnya tingkat adopsi biasanya terjadi.
#
Kebersesuaian dan banyaknya adopsi
Contoh-contoh dan bukti yang baru
saja ditunjukkkan mendukung generalisasi 6-2 bahwa: Kesesuaian inovasi
yang dirasakan anggota system social memiliki hubungan positif terhadap
banyaknya adopsi. Analisa stastistik untuk preposisi ini memiliki
kontrol pengaruh dari karakteristik inovasi lainnya. Tabel 6-1 pada buku Diffusion
of Innovation menunjukkan kebersesuaian relatif kurang penting dalam
memperkirakan banyaknya adopsi dibandingkan dengan karakteristik lainnya
seperti keuntungan relatif. Hal ini mungkin dikarenakan kesulitan-kesulitan
dalam pengukuran persepsi dari kebersesuaian. Di kebanyakan penelitian pada
table 6-1, kebersesuaian ditemukan memiliki hubungan positif dengan banyaknya
adopsi, meskipun korelasi sering kali tidak signifikan ketika pengaruh-pengaruh
dari karakteristik inovasi lainnya menggeser secara statistik.
3. Kompleksitas/kerumitan
(complexity)
Kompleksitas
adalah tingkat dimana sebuah inovasi dirasakan relatif sulit dipahami dan
digunakan. Setiap ide baru mungkin diklasifikasikan dalam rangkaian
kompleks-simpel. Beberapa inovasi jelas dimengerti oleh kebanyakan adopter
ketika yang lainnya tidak mengerti dengan jelas. Meskipun bukti penelitian jauh
dari kesimpulan, kami menganjurkan generalisasi 6-3 bahwa: Kompleksitas
inovasi yang dirasakan anggota system social memiliki hubungan negative
terhadap banyaknya adopsi.
Kivlin
(1960) menemukan bahwa kompleksitas inovasi pertanian lebih memiliki hubungan
yang tinggi (dalam arti negatif) terhadap banyaknya adopsi dibandingkan dengan
karakteristik inovasi lainnya selain keuntungan relatif. Hasil yang serupa juga
dilaporkan oleh Singh (1966) di Kanada dan oleh Petrini (1966) di Swedia (table
6-1).
Graham
(1956) mencari penentu mengapa penyebaran permainan kartu dan televisi memiliki
tingkat adopsi yang berbeda pada kelas sosio ekonomi atas dan bawah. Salah satu
alasannya adalah perbedaan kompleksitas antara dua ide tersebut. Permainan
kartu harus dipelajari melalui penjelasan detail dari pemain kartu lainnya.
Sedangkan televisi nampak relatif sederhana yang hanya mensyaratkan kemampuan
untuk menyentuh tombol-tombol.
4. Dapat
diujicobakan/Triabilitas (Trialability)
Karakteristik
dapat diujicobakan adalah tingkat dimana sebuah inovasi dapat diuji cobakan
dengan dasar yang terbatas. Ide baru yang dapat dicoba pada tahapan perencanaan
umumnya akan lebih cepat diadopsi dibandingkan inovasi yang tidak diuji coba.
Meskipun hanya sedikit bukti yang kuat, kami menganjurkan generalisasi 6-4
bahwa: Triabilitas dari sebuah inovasi yang dirasakan oleh anggota system
social memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi. Penelitian
yang dilakukan oleh Kivlin (1966a), Singh (1966) dan Fliegel et al (1968)
mendukung pernyataan ini.
Adopter
pertama relatif merasakan bahwa triabilitas lebih penting dibandingkan adopter
terakhir (Gross, 1942; Ryan, 1948). Laggards melangkah dari percobaan awal
sampai pengggunaan skala keseluruhan lebih cepat dari pada innovator lain.
Orang-orang yang yang lebih inovatif belum memiliki teladan untuk diikuti
ketika mereka mengadopsi, ketika orang lain dikelilingi oleh para panutan yang
telah mengadopsi inovasi.
1. Dapat
diteliti/Observabilitas (observability)
Karakteristik
dapat diteliti/observabilitas adalah tingkat dimana hasi inovasi dapat dilihat
oleh yang lain. Hasil dari beberapa ide mudah diteliti dan dikomunikasikan
kepada orang lain dimana beberapa inovasi lainnya sulit untuk dijelaskan. Kami
meganjurkan generalisasi 6-5 bahwa: Observabilitas dari inovasi dirasakan
oleh anggota system social memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi.
Kebanyakan
pembahasan inovasi dalam penelitian difusi adalah ide-ide teknologi. Teknologi
adalah sebuah perencanaan untuk tindakan bantuan yang mengurangi ketidak
pastian dalam hubungan sebab akibat yang mencakup hasil pencapaian yang
diinginkan. Teknologi memiliki dua komponen:
(1) Perangkat keras yang berisikan alat yang berwujud teknologi dalam
bentuk material atau objek fisik. (2) Perangkat lunak yang berisi alat dasar
informasi. Sebagai contoh pada bab 1 buku Diffusion of Innovation, hardware
computer (alat perlengkapan) dan software (program komputer). Biasanya komponen software dari inovasi
teknologi tidak nyata untuk diobservasi, oleh karena itu inovasi yang memiliki
dominasi aspek perangkat lunak kurang dapat diobservasi dan biasanya relatif
lebih lambat diadopsi.
Zaltman,
Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi
dipengaruhi oleh atribut inovasi itu sendiri. Suatu inovasi dapat
merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman, 1973: 32-50).
Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan cepat
atau lambatnya proses penerimaan (adopsi), berikut atribut inovasi yang
dikemukakan Zaltman, sebagai berikut:
1.
Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi
dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun
pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa
biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi itu
sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari
pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai
positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat
disebarluaskan.
2.
Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya
ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya, suatu
inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan
modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang
pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak
dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.
Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata
pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai
masalah/hambatan.
4.
Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima
jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.
Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila
isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.
Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi
tergantung dari kesesuaian dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.
Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh
penerima akan cepat tersebar dengan cepat.
8.
Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan
mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar
dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.
Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima
inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.
Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang
hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan
sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh
masyarakat.
11.
Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan
makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.
Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah
diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang
dijalani.
13.
Hubungan interpersonal. Jika hubungan
interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi.
Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap
lunak, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan
menerima inovasi.
14.
Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus privatenes).
Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima
daripada inovasi yang ditunjukkan pada kepentingan sekelompok orang saja.
15.
Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan
hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai
organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat
menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka
diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan
perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasi akan
mempengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi inovasi pendidikan
1. Faktor
yang ada dalam sistem pendidikan, berupa kelemahan atau kekurangan
dalam hal: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, penelitian, dan pengelolaan
pendidikan yang mengakibatkan penyelenggaraan pendidikan krang relevan, baik
dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan dan perkembangan anak didik, serta
kebutuhan pembangunan pada umumnya.
2.
Faktor yang ada di luar sistem pendidikan :
1) Ekspoitasi
penduduk yang besar menuntut layanan pendidikan yang banyak
2) Meningkatnya
aspirasi masyarakat terhadap pendidikan
3) Tingginya angka
keterlantaran pendidikan
4)
Belum
tingginya kesadaran dalam masyarakat dalam melaksanakan perubahan yang sesuai
dengan kebutuhan zaman
5) Pesatnya
perkembangan IPTEK menuntut dasar pendidikan yang kokoh serta peningkatan
kemampuan secara terus menerus
6) Terbatasnya
sumber pendukung terlaksananya pendidikan secara efktif dan efisien
3.
Ilmiah,
berdasarkan kondisi atau kenyataan empiris dilapangan.
4. Yuridis,
permasalahan yang bersifat legal yang tercermin dalam GBHN yang
menuntut adanya pembaharuan bidang pendidikan sehubungan dengan tujuan
pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, perlauasan kesempatan belajar sampai
sekolah tingkat menenngah pertama, keserasian antara dunia pendidikan dengan
dunia usaha dan pada semua aspek.
Ruang
Lingkup inovasi Pendidikan
1.
Bidang
peserta didik, pengelompokan dalam proses pembelajaran dengan segala gambaran karakteristiknya
2.
Bidang
tujuan pendidikan, menyangkut kapasitas pribadi, sosial, ekonomis, tingkat dan
jenis pengajaran, cara dan sarana untuk merumuskan tujuan
3.
Isi
pelajaran, menurut jenisnya, efek/dampak, kapasitas anak didik, bidang dan
struktur ilmu pengetahuan, manfaat, kemampuan mental, dan derjat spesialisasi
4.
Media
pembelajaran,
5.
Fasilitas
pendidikan, perabot/perlengkapan yang mendukung pelaksanaan pendidikan
6.
metode
dan tekhnik komunikasi, interaksi langsung dan tak langsung
7.
hasil
pendidikan,
Jenis-jenis
inovasi pendidikan
- dalam jenis hubungan antara orang (personal
relationship), misal pembaharuan dalam peranan guru yang berdasarkan
kumpulan informasi, bukan berdasarkan selera perorangan
- dalam jenis
software (piranti lunak), misal mengenai tujuan dan struktur kurikulum
- dalam jenis
hardware, misal perubahan dan bentuk ruang kelas karena terjadi perubahan
dalam peran guru, tekhnik penyampaian yang menuntut perubahan hardware
- dalam
orientasi pendidikan,
- operasi tata
laksana (manajemen),
- tugas dan
fungsi personal,
- jenis
keahlian
- bersifat
penggantian,
- perubahan,
- penambahan,
- penyusunan
kembali,
- penghapusan
dan penguatan.
Tujuan
Inovasi Pendidikan dan cara-cara pencapaiannya
# pembaharuan pendidikan, sebagai
jawaban dari permasalhan pendidkan, seperti:
- peningkatan
pemerataan/perluasan kesempatan memperoleh dan menikmati pendidikan sesuai
dengan kemauan, kemampuan dan potensi yang dimiliki (menuju konsepsi
pendidikan yang lebih demokratis)
- dapat mengambangkan
segenap potensi manusia tidak hanya aspek intelektual saja, tetapi juga
mencangkup seluruh aspek kepribadiannya secara bulat
- bergerak
dari konsepsi pendidikan yang bersifat individual menuju ke arah konsepsi
yang lebih kooperatif; dari konsepsi yang boros menjadi konsepsi
pendidikan yang lebih efektif, efisien dan relevan dengan kebutuhan
pembangunan
# upaya untuk mengembangkan
pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis
- Peran Guru
dalam Inovasi Pendidikan
1)
guru bersikap terbuka dan peka terhadap perubahan dan
pembaharuan guru harus senantiasa bersikap terbuka terhadap berbagai aspirasi
atau kritikan yang muncul dari mana pun datangnya. Dan guru dituntut agar
selalu siap mendiskusikannya dengan rekan sejawat, murid, wali murid, atau
masyarakat yang peduli terhadap kemajuan pendidikan.
2)
guru sebagai agen pembaharuan dalam inovasi pendidikan
3)
guru mempengaruhi keputusan para sasaran inovasi,
pemberi kemudahan pada lancarnya arus inovasi.
4)
Guru dapat melakukan : pemberi informasi, mempercepat terjadinya
difusi inovasi, sebagai komunikator antar subsistem dalam masyarakat, berusaha
mengkaitkan sitem yang satu dengan sistem yang lain.
5)
guru sebagai adopter/penerima inovasi pendidikan lima
kategori adopter menurut rogers :
a)
inovator; meneliti dan mencoba tiap gagasan baru
b)
pelopor; meneliti dahulu sebelum memutuskan untuk
melakukan gagasan baru tersebut
c)
pengikut awal; memiliki beberapa pertimbangan dalam
menerima gagasan baru, menerima ide setelah beberapa saat anggota sistem sosial
menerima ide
d)
pengikut akhir; menerima ide setelah beberapa anggota
sistem masyarakat menerima ide, biasanya keputusan menerima dilakukan karena
kepentingan ekonomi atau takanan sosial
e)
legard/kolot/tradisional; orang yang terakhir menerima
suatu gagasan, memiliki pandangan dan wawasan paling sempit dan biasanya
referensinya adalah masa lalu.