Setibanya aku di sekolah, aku langsung masuk
ruangan kelas."Pagi", kataku pada semua murid."Pagi pak",
serentak anak-anak menjawab."Pagi ini, kita akan melaksanakan ujian tulis", kataku pada anak-anak yang begitu srius."Yah,
bapak", anak pun mengeluh karena mereka menganggap bahwa ujian merupakan hal tersulit untuk mereka. "Harus siap donk, kan setiap manusia dimanapun berada
pasti mengalami masalah. Masalah,
biasanya datang tak terduga. Kebayang gak sama anda, jika masalah mau datang
bilang-bilang dulu?. Mungkin, dunia ini tak seindah hari ini."
kataku, membuat argumen. Akupun membagikan soal
ulangan yang telah aku siapkan beberapa hari yang lalu. Matanya membelalang keatas, saat aku
masukbruangan. Saya kira dia kesurupan, ternyata dia sedang memikirkan jawaban
dalam mengerjakan soal ujian.
Selang beberapa waktu suara gerumuh data
dari sudut belakang, saya pikir ada apa. Eh, ternyata. Teriakan anak- anak saat selesai mengerjakan soal. Mereka kegiarangan karena telah berhasil mengerjakan semua soal.
"Pak bolehkan saya keluar”, diapun mengucapka sebuah kata-kata mistis atau misterius yang jelas mereka berharap kebaikan akan datang
kembali pada mereka
di hari esok dan nanti.
Seselesainya anak- anak mengerjakan
soal, akupun bergegas pulang dan sesampainya
dirumah aku bergegas kekamar, aku langsung melempar badanku kekamar
"brug". suara itu yang keluar saat aku menjatuhkan badanku ke kasur.
" hari yang sangat melelahkan" gumanku dalam hati. mungkin memang
seperti inilah hidup bertarung dengan waktu menerjang alam demi memenuhi
kebutuhan hidup ini. Permasalahannya bukan tentang cinta, namun
tentang bagaimana menghargai cinta. Setiap masa
adalah waktu, setiap waktu adalah keadilan. bukan yang adil di adilkan,
melainkan peng adil mengadili.
Ketik aku berjalan, terlihat semak-semak
yang mulai mengering. Sempat terpikir oleh aku, jika manusia sudah tua rentan mungki akan seperti itu. Semak yang mengering tidak terlihat kekokohannya dari semak itu yang tersisa hanyalah serpihan usang rapuh dan penuh dengan sisa-sisa kehampaan karena
berakhirnya masa kejayaan yang penuh dengan ketidakpastian apakah habis dimakan api, api membusuk tak memiliki guna lagi, bagaimana dengan hidupku kelak apakah hanya menjadi seseorang
yang biasa saja atau menjadi salah seorang yang tidak memiliki guna lagi.
"kresek", bunyi itu tiba-tiba keluar dari sudut belakang, saat aku sedang kerja. sempat
terpikir oleh aku bahwa itu merupakan sesuatu yang kurang enak dipandang. Aku mulai menarik nafas, dan mencoba membalikan kepalaku kesamping.
Saat aku menoleh kebelakang ternyata hanya
seekor kucing yg sedang kelaparan. Semilir angin
yang terhepas kedalam jiwa. jiwa yag terpanah dalam
mimpi-mimpi yang indah akan hadirnya dirimu. Menatap mimpi seorang kekasih yang tak kunjung jumpa, memberikan keindahan dalam hidupku.