A.
Struktur Kekayaan dan Finansial
1. Struktru
Kekayaan
Struktur
kekayaain ialah perimbangan antara aktiva (harta) tetap, baik secara absolut
maupun relatif:
Contoh:
Besarnya
keseluruhan aktiva lancar Rp. 300.000.000,- dan aktiva tetap Rp. 700.000.000,00
Berdasarkan
besarnya aktiva tersebut di atas, maka perimbangan secara absolut adalah
30:70 dan relatif 30%:70%.
2. Struktur
Finansial
Strukutur
finansial adalah yang menunjukan bagaimana aktiva- aktiva perusahanaan
dibelanjai, yaitu menyangkut semua sumber pembelanjaan, yang tercermi dalam
keseluruhan pasiva neraca (keseluruha modal sendiri). Struktur finansial pada
hakikatnya menunjukan pula perimbangan absolut dan relatif antara
keseluruhan modal asing (jangka pendek
dan jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri.
Contoh:
Besarnya modal
asing berupa kewajiba jangka panjang Rp. 400.000.000,00, sedangkan besarnya
modal sendiri adalah Rp. 600.00.000,00
Berdasarkan angka-
angka tersebut d i atas berarti perimbangan absolut adalah 4:6 dan relatif
adalah 40%: 60%
Mengenai
struktur kekayaan dan strutur financial dapat digambarkan sebagai terlihat
dalam neraca singkat berikut.
Aktiva
Lancar
Rp.
300.000.000,00
|
Modal
Asing
Rp.400.000.000,00
|
Aktiva Tetap
Rp.
700.000.000,00
|
Modal
Sendiri
Rp.600.000.000,00
|
3. Struktur
Modal
Strutur modal
menyangkut perimbangan absolut dan relatif anatar utang jangka panjang dan
modal sendiri.
Contoh:
Besar mmodal
asing yang berupa utang jangka panjang Rp. 300.000.000,00 sedangkan modal
sendiri berjumlah Rp. 600.000.000,00 dalam hal ini berarti perimbangan
absolutnya menunjukan 30:60 dan relatifnya 33
% dan 66
%.
B.
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Kemampuan
membayar atas kewajiban jangka pendek sangat tergantung dari alat pembayaran
likuid (cair) yang dimiliki perusahaan disebut seabagai daya bayar atau kekuatan
bayar suatu perusahaan, yang akan menjadikan perusahaan mempunyai kemampuan
membayar jangka pendeknya.
Setiap perusahaan yang mempunya daya
bayar yang besar mampu membayar kewajiban jangka pendeknya setiap saat atau
aktiva lancarnya lebih besar dari pada utang lancarnya disebut sebagai
perusahaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan hanya mempunyai daya bayar
yang kecil atau utang lancar lebih besar dari pada aktiva lancarnya berarti
perusahaan tersebut adalah perusahaan ilikuid (tidak likuid) dalam literatur
Anglosaxon (anglosaxis) istilah likuiditas sering disebut sebagai technical
solvency.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
likuiditas adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan untang lancar.
Besarnya perbandingan/ rasio terbaik antara aktiva lancar dengan utang lancar
adalah sekitar 2:1. Namun demikian, angka tersebut tidak mutlak. Besarnya ratio
dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan kebijakan keuangan masing-
masing.
Cara pengukuran atau penganlisaan
likuiditas dapat dilakukan dengan cara menggunakan rumus berikut:
1.
Curent Ratio
Rumus ratio lancar (current ratio)
Current ratio = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Rumus ratio lancar (curren ratio)
digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar utang lancar dengan aktiva lancar.
Ilustrasi.
Pak Emed bekerja di PT Pelangi
sebagai staff administrasi. Penghasilan yang ia terima pada bulan Agustus Rp. 2.000.000,00. Pengeluaran pak Ali
meliputi pembayaran rekening, air, listrik, telepon, konsumsi, tabungan serta
investasi. Total pengeluaran pak Emed
bulan agustus ialah Rp. 900.000,-. Kesimpulan, aktiva lancarnya. Kondisi
keuangan kecuali beliau disebut likuid.
2.
Cash Ratio
Rumus ratioo kas (cash ratio)
Cash ratio (ratio of Immediately Solvency)= Kas+Efek
Utang
Lancar
Rumus ratio kas (cash ratio)
digunakan untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek yang dapat diuangkan.
Contoh:
Apabila dalam neraca suatu
perusahaan terdapat jumlah aktiva lancar sebesar Rp.900.000.000,00 yang terdiri
dari kas sebesar Rp.250.000.000,00 efek Rp.100.000.000,00, piutang Rp.
100.000.000,00 sedangkan kewajiban jagnka pendeknya Rp.450.000.000,00 maka cash
rationya adalah sebagai berikut.
Rp. 250.000.000,00 + Rp. 100.000.000,00 =
0,771:1 atau 77,77%
Rp.450.000.000,00
3.
Acid Test Ratio/ Quick Ratio
Acid test ratio disebut wick ratio
yaitu perbandingan antara aktiva lancar (persediaan) dengan sutang lancar.
Ratio tersebut digunakan uantuk mengukur kemampuan membayar kewaiban- kewajiban
dengantidakk memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu relatif lama untuk diubah menjadi uang kas
dan menganggap piutang dapat segera direalisir sebagai uang kas. Walapun
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari pada piutang.
Ratio tersebut lebih tajam dari
pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang paling likuid (mudah
dicairkan dan diuangkan) denganutang lancar. Jika current ratio tinggi tapi
quick rationya rendah berarti ada investasi yang sangat besar dalam persediaan.
4.
Working Capital To Total Asset ratio modal kerja dengan Rasio
Rumus ratio modal kerja pada total aktiva
Working Capital to Assets Ratio = Aktiva lancar –
Utang Lancar
Jumlah Aktiva
Rumus ratio modal kerja dengan total aktiva (working capital to taoal asset) ratio digunakan
untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Contoh:
Apabila besar aktiva lancar Rp. 900.000.000 dan aktiva
tetapanya Rp. 975.000.000,00, sedangkan utang jangka pendeknya sebesar Rp.
450.000.000,00, maka ratio modal kerja neto kepada total aktiva adalah sebagai
berikut:
Rp. 900.000.000,00 – Rp. 450.000.000,00 = 0,24
: 1 atau 24%.
Rp.
1.875.000,00
C.
Solvabilitas
Pengertian solvabilitas suatu
perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang dalam jangka pendek.
Masalah solvabilitas menyangkut kemampuan perusahaan untuk membayar utang
jangka pendek jangka penjangnya, tatapi para kreditur atau pemengang saham
selain tertarik pada kondisi jangka
pendek mereka lebih berminat pada kondisi jangka panjang, karena posisi
keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi
keungan jangka panjang.
Dalam literatur Anglosaxon, Solvabilitas sering disebut sebagai Actual Savency Sedangkan perhitungan
Solvabilitas, aktiva tidak terwujud (intangble assets) tidak ikut
diperhitungkan.
Rumus perhitungan solvabilitas
Solvabilitas = Total Aktiva
Total utang
Contoh Solvabilitas adalah sebagai berikut:
Jumlah aktiva suatu perusahaan terdiri dari aktiva
lancar sebesar Rp. 75.000.000,00, aktiva tetap Rp. 425.000.000,0 dak aktiva
tidak berwujud Rp. 25.000.000,00
Kewajiban terdiri atas utang lancar sebesar Rp.
50.000.000,00 dan utang jangka panjang Rp.200.000.000,00
Solvabilitas = 75.000.000,00 + 425.000.000,00 =
500.000.000,00 = 2 : 1 atau
200%
50.000.000,00 + 200.000.000,00 250.000,00
D.
Rentabilitas/ Profibilitas
1.
Pengertian Rentabilitas
Rentabilitas/ profibilitas
perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mengehasilkan laba dari
sejumlah dana yang diinvestasikan, untuk periode atau jagnka waktu tertentu.
Jadi, masalah rentabilitas/ profibilitas perusahaan dalam memproleh keuntungan/
laba secara optimal dari usaha- usaha yang dijalankan dengan menggunakan
sejumlah modal tertentu.
Pengukuran keuntungan yang dicapai
perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara antara lain dengan
menggunakan ratio ekonomis da rentabilitas modal sendiri atau dengan
menggunakan cara lain yang biasa digunakan aliran anglosaxis, seperti
pengukuran dengan menggunakan gross profit margin, operating profit margin,
eraning power of tatal investement.
2.
Mengukur Rentabilitas (Ratio Rentabilitas)
Pada dasarnya, rentabilitas perusahaan dapat diukur
dengan memperbandingkan laba dengan modal (aktiva yang digunakan), yang dapat
digambarkan dengan rumus berikut.
L X 100%
M
Keterangan:
L =
Jumlah laba yang diproleh dalam suatu periode
M = Modal
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
Dalam praktik,
untuk menilai rentabilitas dapat dilakukan dengan cara- cara berikut:
a.
Membandingkan anatara laba operasi/ usaha dengan
aktiva operasi.
b.
Membandingkan laba bersih setelah pajak
penghasilan dengan aktiva.
c.
Membandingkan laba bersih setelah pajak
penghasilan dengan keseluruhan aktiva tetap berwujud.
d.
Membangingkan laba bersih setelah paja penghasilan
dengan modal sendiri.
Dari berbagai cara yang digunakan,
terdapat dua cara yang paling sering dan populer digunakan, yaitu rentabilitas
ekonomis danrentabilitas modal sendiri.
a.
Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah
perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yagn
digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas ekonomi dinyatakan
dalam prosentasi. Tiangkat rentabilitas ekonomi seringkali digunakan sebagai
alat untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Dengan melaksanakan pengukuran
rentabilitas ekonomi. Berarti kita dapat mengukur kemampuan suatu perusahaan,
berapa besar laba yang dapat diproleh dari seluruh modal yang digunakan dalam
operasinya.
Dalam pengukuran rentabilitas
ekonomi, hal- hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1)
Modal yang diperhitungkan hanyalah modal operasi
yang benar- benar digunakan dalam perusahaan (operating capital atai operating
assets). Sedangkan modal yang tidak menunjang operasi atau tidak bekerja
seperti modal yang ditanamkan dalam efek (surat berharga), tidak diperhitungkan
(kecuali pada perusahaan kredit).
2)
Laba yang diperhitungkan hanyalah laba yang
berasal dari operasi perusahaan berupa laba usaha neto (net operating income).
Sedangkan laba yang diproleh dari luar operasi seperti dari bunga, hasil sewa,
deviden, dan lain- lain tidak dimaksukkan untuk menghitungkan rentabilitas
ekonomi.
Contoh:
“PD Semangat Maju” di Surabaya, beroperasi dengan
modal sebesar Rp. 30.000.000,00 yang terdiri dari utang sebesar Rp. 15.000.000,00
bunga 12% setahun dan modal sendiri sebesar Rp. 15.000.000,00. Keuntungan yagn
berasal dari operasi perusahaan selama setahun adalah Rp. 7.500.000.,-
Rentabilitas Ekonomi= Rp. 7.500.000,00 X 100% =
25%
30.000.000,00
b.
Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabillitas modal sendiri atau
tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Disini berarti menyangkut kemampuan perusahaan untuk memproleh
laba dengan menggunakan sejumlah modal
sendiri yang dioperasikan dalam perusahaan.
Dalam mengukur modal sendiri, perlu
diperhatikan hal- hal sebagai beirkut.
1.
Modal sendiri yang diperhitungkan adalah yang
benar- benar digunakan dalam operasi perusahaan.
2.
Laba yagn diperhitungkan adalah laba setelah
dikurangi dengan bunga moal asing (pinjaman) dan paja penghasilan. Rumusnya
adalah sebaga berikut:
Laba = keuntungan
setelah pajak X 100%
Modal Sendiri
Pengukuran rentabilitas modal sendiri dalam aliran
Anglosaxis disebut dengan istilah rate of Return On Net Worth atau Rate of
Return for the owners.
Contoh:
“PD Semangat Maju” ddi Surabaya, beroperasi dengan
modal sebesar Rp.44.000.000,00 yang terdiri dari utang sebesar Rp.
20.000.000,00. Keuntungan yagn berasal dari operasi perusahaan selama setahun
adalah rp. 10.000.000,00.
Utang
(Bunga 12%) .......................................... Rp. 20.000.000,00
Modal
Sendiri ................................................. Rp. 24.000.000,00 +
Jumlah
................... Rp. 44.000.000,00
Keuntungan
..................................................... Rp. 10.000.000,00
Laba Sebelum
Pajak .............................................. Rp. 7.200.000,00
Pajak
Pengahasilan ............................................. Rp.
720.000,00 -
Laba
Setelah pajak penghasilan .......................... Rp. 6.480.000,00
Rentabilitas Modal Sendiri = Rp. 6.480.000,00 X 100%= 28,5%
Rp. 24.000.000,00
3.
Cara Pengukuran Rentabilitas/ Profitabilitas
Berikut adalah cara lain untuk
mengukur rentabilitas/ prontabilitas suatu perusahaan. Untuk lebih jelasnya,
penggunaan ratio tersebut diatas akan dibaha dengan contoh persoalan:
Contoh:
Neraca per 31 Juni 2003 PT Merah menunjukan posisi
sebagai berikut:
Aktiva lancar;
Kas ......................................................... Rp.
54.000.000,00
Efek ...................................................... Rp.
46.000.000,00
Piutang ................................................. Rp. 140.000.000,00
Persediaan barang dagang ................... Rp. 160.000.000,00
Jumlah Aktiva Lancar ................................. Rp. 400.000.000,00
Aktiva tetap;
Peralatan ...................... Rp. 80.000.000,00
Akumulasi
Penyusutan ... Rp. 8.000.000,00 -
Rp.
72.000.000,00
Gedung
............... Rp. 300.000.000,00
Akumulasi
Penyusutan .. Rp. 10.000.000,00 -
Rp.
290.000.000,00
Total
................................................ Rp. 130.000.000,00 (+)
Jumlah Aktiva Tetap ................................. Rp. 492.000.000,00
Jumlah aktiva ............................................ Rp. 892.000.000,00
Utang Lancar
Utang Dagang ........................................... Rp.
26.000.000,00
Utang Wesel ............................................. Rp.
20.000.000,00
Utang Pajak ............................................... Rp.
6.000.000,00
Jumlah Utang Lancar ................................. Rp. 52.000.000,00
Utang Jangka Panjang
Obligasi 10% ............................................. Rp. 100.000.000,00
Jumlah Utang .......................................................................... Rp. 152.000.000,00
Modal Sendiri
Modal Saham ............................................. Rp. 600.000.000,00
Agio Saham ......................................... Rp. 40.000.000,00
Rp.
640.000.000,00
Saldo Laba ditahan ................................ Rp. 100.000.000,00
Jumlah Modal Sendiri ................................................................ Rp. 740.000.000,00
Jumlah Utang dan Modal .................................................... Rp. 892.000.000,00
Laporan
laba/ rugi PT Maju selama tahu 2015 menunjukan angka- angka sebagai berikut:
Penjualan Neto ..................................................................... Rp. 700.000.000,00
Harga Pokok Penjualan ............................................................ Rp. 450.000.000,00
Laba Bruto ..................................................................... Rp. 250.000.000,00
Biaya- biaya
administrasi, penjualan, dan umum ................... Rp. 140.000.000,00
Keuntungan sebelum
bunga dan pajak .................................... Rp, 110.000.000,00
Bunga obligasi (10% X
Rp 100.000.000,00) ............................ Rp.
10.000.000,00
Keuntungan sebelum
pajak penghasilan ............................. Rp. 100.000.000,00
Pajak Penghasilan ............................................................. Rp. 10.750.000,00
Penghasilan bersih
(neto) setelah pajak ............................... Rp.
89.250.000,00
a.
Marjin Laba Kotor
Ratio marjin kotor (gross profit margin) digunakan
untuk mengukur keuntunga/ laba kotor dari setiap rupiah penjualan. Rumusnya
sebagai berikut:
Penjualan neto – Harga Poko Penjualan X 100%
Penjualan Neto
Marjin laba kotor =
700.000,00 – 450.000.000,00 X 100%
Rp. 700.000,00
=
250.000.000,00 X 100% = 35,71 %
Rp.
700.000,00
b.
Marjin Laba Operasi
Ratio marjin laba operasi (operating profit margin/
operating income ratio) digunakan untuk mengukur laba operasi sebelum bunga dan
pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya sebagai berikut:
Penjualan neto – Harga Poko Penjualan X 100%
Penjualan Neto
Marjin laba Operasi =
200.000,00 – 450.000.000,00 X 100% = 35, 71%
Rp. 700.000,00
c.
Marjin Laba Neto
Ratio marjin laba neto (net profit
margin) atau merjin penjualan (sales marjin) digunakan untuk mengukur
keunguntungan/ laba neto per rupiah penjualan. Rumusnya sebagai berikut:
Keuntungan Neto Sesudah Pajak X 100%
Penjualan Neto
Marjin laba Neto =
89.250.000,00 X 100% = 12,6%
Rp. 700.000,00
d.
Kemampuan memproleh laba dari total investasi
Ratio prolehan keuntungan dari total
investasi (earning poer of total investment) digunakan untuk mengukur kemampuan
dari modal yang dinvestasikan dalam keseluruhan aktiva, untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham). Rumusnya sebagai
berikut;
Keuntungan Sebelum Bunga dan Pajak
X 100%
Jumlah Aktiva
Laba
Total Investasi = 110.000.000,00
X 100% = 12,33%
892.250.000,00
e.
Kemampuan memproleh Laba Neto dari Total
Investasi
Ratio prolehan laba neto dari modal
investasi (net earning poer ratio/ rate of return on investment) digunakan
untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan/ laba neto. Dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keuntungan Sesudah
Pajak X 100%
Jumlah Aktiva
Marjin laba Neto dari total investasi = 89.250.000,00
X 100% = 12,6%
892.000.000,00
Dokumen Bisa Di Donwload
Disini