Oleh,
|
Rina Rodiana
|
Prodi
|
: PGSD
|
Tk./Smt.
|
: III/V (Lima)
|
Mata Kuliah
|
: Teknologi Pembelajaran
|
|
|
A. Aplikasi Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran memilki lima kawasan yang
menjadi bidang garapannya, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi
teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Abdul
Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi pembelajaran
adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi
pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks. Seels dan Richey (1994)
menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi teknologi pembelajaran
kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan
baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar dan
yang secara tegas dinyatakan adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan
masalah dalam memberikan kemungkinan belajar. Pemecahan ini berbentuk sumber belajar,
sumber ini baik yang sengaja dirancang maupun yang dipilih dan kemudian
dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang tersedia untuk berinteraksi dengan
pembelajar. Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang
paling jelas. Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga merupakan bukti
penerapan praktis teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi tersebut mempunyai
kegiatan dan hasil khusus yang dapat diukur dan dilihat.
Dengan demikian orang dapat melihat seseorang yang
sedang melakukan penilaian kebutuhan, memproduksi film, mengkatalogkan
bahan-ajaran, berinteraksi dengan si belajar, mengelola orang lain dan
sebagainya. Kegiatan nyata dari kegiatan tersebut yang membuahkan hasil, juga
merupakan bukti bahwa teknologi telah diaplikasikan dalam pendidikan
(AECT,1977).
Menurut Seels dan Richey (1994), mempraktikan
teknologi pembelajaran akan berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan
atau menyulitkan praktik itu sendiri. Elemen-elemen tersebut yaitu:
1. jenis materi pembelajaran;
2. sifat atau karakteristik pembelajaran;
3. organisasi dimana pembelajaran
berlangsung;
4. kemampuan sarana yang tersedia; dan
5. keahlian para praktisi.
Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan
perkembangan teknologi. Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama
berhasil diciptakan, teknologi pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan
teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan berbagai alat yang merubah dunia
dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam perang dunia II hingga internet
sebagai jaringan informasi publik global yang mampu menghubungkan jutaan orang
di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang terhubung dengan jaringan.
Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu
meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki
sebuah era baru yang diintrodusir sebagai informasi.
Masih menurut Seels dan Richey (1994), seiring dengan
perkembangan pesat teknologi pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat
kerja para teknolog pembelajaran. Hal ini juga mempunyai dampak terhadap
keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang teknologi pembelajaran. Dampak
ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik
teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap struktur dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam teknologi
pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks masing-masing kerja. Dampak
kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang
digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi pembelajaran
telah berkembang dari sekedar keterampilan menjadi profesi dan kemudian menjadi
bidang kajian.
Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi, termasuk
teknologi pendidikan harus memiliki ciri:
a. proses untuk meningkatkan nilai tambah
(added values);
b. menghasilkan dan memanfaatkan produk
yang bervariasi dan semakin canggih; dan
c. interaksi proses dan produk tersebut
sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu yang lebih luas.
Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk
penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan
dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem itu antara lain adalah
Sekolah Dasar PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru),
Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka, serta sistem pembelajaran jarak jauh yang
sekarang ini telah dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan
dan latihan seperti di Lembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom,
Departemen Kesehatan, Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan
sebagainya. Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik pembelajaran,
pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan oleh lembaga
pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan AU, Balai
Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat Bulog, dan
sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi pendidikan
telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS, UNHAS,
UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, UNY dan perguruan tinggi lainnya.
Tak terhitung lagi pemanfaatannya di sekolah dasar dan menengah serta satuan
pendidikan lain. Yang terakhir ini berkembang dengan adanya siaran televisi
pendidikan.
Di Indonesia sendiri penerapan teknologi pembelajaran
baru dikenal sekitar awal tahun 1950, dengan didirikannya Balai Kursus Tertulis
Pendidikan Guru (BKTPG) dan Balai Alat Peraga Pendidikan (BAPP) di Bandung. BKTPG
yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (P3G Tertulis)
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan penataran kualifikasi guru dengan
bahan pelajaran tertulis dengan berpegangan pada konsep belajar mandiri. BAPP
pada awal tahun 1970 diintegrasikan dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru
Bidang studi.
Beberapa bentuk penerapan teknologi pembelajaran
secara menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan
sistem dapat dicontohkan sebagai berikut (Miarso,2004) :
1)
Proyek percontohan sistem PAMONG (Pendidikan anak oleh
Masyarakat, Orang Tua, dan Guru) di kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun
1974, dan disebarkan di kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978.
2)
Pemasyarakatan P4 melalui permainan yang diuji cobakan
di kabupaten Batu, Malang.
3)
Proyek pendidikan melalui satelit (Rural Satellite
Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur (BKSPT INTIM).
4)
Program pendidikan karakter melalui serial televisi
ACI (Aku Cinta Indonesia = Amit, Cici, dan Ito)
5)
Program KEJAR Paket A dan B.
6)
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
7)
SLTP Terbuka.
8)
Universitas Terbuka.
9)
Sistem belajar jarak jauh yang diselenggarakan oleh
berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan.
10) Jaringan sistem belajar jarak jauh
(Indonesia Distance Learning Network = IDLN) dan SEAMOLEC (SEAMEO Open Learning
Center) yang berkedudukan di Pustekkom Diknas.
Program aplikasi teknologi pembelajaran secara
nasional yang semula dipublikasikan oleh Pustekkom Diknas, sekarang ini telah
menyebar dan bahkan dapat dikatakan telah mulai melembaga. Hal ini terjadi
karena telah banyaknya tenaga yang terdidik dalam bidang teknologi pembelajaran
dan banyaknya penerapan teknologi pembelajaran yang telah terintegrasi
(imbedded) dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui proyek-proyek
TKPD (Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan Dasar), TKPLS (Teknologi Komunikasi
untuk Pendidikan Luar Sekolah), TKPT (Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan
Tinggi) (Miarso, 2004).
Dalam Miarso (2004) Meskipun program pengembangan dan
penerapan teknologi pendidikan itu mempunyai tujuan dan skala yang
berbeda-beda, namun mempunyai visi umum yang sama, yaitu: terwujudnya
berbagai pola pendidikan dan pembelajaran dengan dikembangkannya aneka sumber,
proses, dan system belajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, menuju
terbentuknya masyarakat belajar dan berpengetahuan. Untuk tercapainya misi
tersebut teknologi pendidikan mempunyai misi:
1) Melakukan pendekatan integrative dengan
semua kegiatan pembangunan di bidang pendidikan, pelatihan dan pendidikan;
2) Menyediakan tenaga professional yang
kompeten untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan teknologi pendidikan;
3) Mengusahakan adanya nilai tambah dengan
digunakannya teknologi pendidikan;
4) Menghindari gejolak negative seperti
melebarnya kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, antara perkotaan dan
pedesaan dan sebagainya;
5) Mengembangkan pola dan system
pembelajaran yang memungkinkan keterlibatan jumlah sasaran maksimal, perluasan
pelayanan, dan pemberdayaan warga dan organisasi belajar;
6) Menghasilkan system belajar dan
pembelajaran yang inovatif.
Rumusan ini merupakan penyempurnaan dari misi yang
dirumuskan pada tahun 1975, dan kemudian dikukuhkan sebagai hasil Keputusan
Rapat Teras Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan Rencana Strategis
Depdiknas tahun 2005-2009 yang menetapkan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki
SDM berkualitas sehingga setiap warga Negara mampu meningkatkan kualitas hidup,
produktivitas dan daya saing terhadap bangsa lain di era global. Oleh karena
itu pendidikan dituntut untuk menyiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing
dalam dunia global. Selain itu pendidikan kita juga masih dihadapkan pada
beberapa permasalahan pokok antara lain perluasan akses pendidikan, rendahnya
kualitas dan daya saing pendidikan.
Menurut Bambang Warsita (2008) salah satu alternative
pemecahan masalah pendidikan tersebut melalui penerapan teknologi pembelajaran,
yaitu dengan mendayagunakan sumber-sumber belajar (learning resources) yang
dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Dengan demikian
aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar
mempunyai bentuk konkret dengan adanya sumber belajar dan juga dengan
mengembangkan strategi pembelajaran yang memfasilitasi dan memudahkan peserta
didik untuk belajar.
Dalam konteks teknologi pembelajaran, sumber belajar
merupakan komponen system pembelajaran yang merupakan sumber-sumber belajar
yang dirancang terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan
pemanfaatan, dan dikombinasikan menjadi system pembelajaran yang lengkap untuk
mewujudkan terlaksananya proses belajar yang bertujuan dan terkontrol (Miarso,
2004). Teknologi pembelajaran berupaya untuk merancang, mengembangkan,
mengorganisasikan, dan memanfaatkan aneka sumber belajar sehingga dapat
memudahkan atau memfasilitasi orang untuk belajar. Berbagai sumber
belajar hanya akan berdaya guna jika sudah dikelola dan difungsikan secara
maksimal dan terorganisasi dalam bentuk Learning Resources Center (LRC) atau
Pusat Sumber Belajar (PSB) di tiap sekolah, perguruan tinggi maupun lembaga
pendidikan lainnya.
Contoh-contoh aplikasi praktis TP dalam pemecahan
masalah belajar yaitu:
a) Pusat Sumber
Belajar (PSB)
Menurut
AECT, sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau
benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi
peserta didik (Miarso, 2004). Oleh karena itu sumber belajar adalah semua
komponen instruksional baik yang secara khusus dirancang maupun yang meburt
sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Sumber
belajar meliputi pesan (message), orang (people), bahan (materials/software),
alat (devices/hardware), teknik (technique), dan lingkungan (setting).
Fred
Persival dan H. Ellington (1988) dalam Bambang Warsita (2008), PSB merupakan
bentuk bangunan mulai dari yang sederhana sampai bangunan rumit dan lengkap,
yang dirancang dan diatur secara khusus dengan tujuan menyimpan, merawat,
mengembangkan, dan memanfaatkan koleksi sumber belajar dengan berbagai
bentuknya baik secara individual maupun kelompok. PSB ini dirancang untuk
memberikan kemudahan kepada peserta didik baik secara individu maupun kelompok
atau guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia sehingga proses
belajar terjadi.
PSB
disebut juga media center, artinya suatu departemen yang memberikan fasilitas
pendidikan, pelatihan, dan pengenalan melalui produksi bahan media seperti
slide, transparansi OHP, filmstrip, video, felm, dan lain-lain. Selain itu juga
memberikan pelayanan penunjang seperti sirkulasi peralatan audio visual, penyajian
program-program video, pembuatan catalog dan pemanfaatan pelayanan
sumber-sumber belajar pada perpustakaan (Ricard N. Tuker, 1979) dalam Bambang
Warsita (2008).
Sedangkan
menurut Irving R. Merril dan Harold A. Drob (Bambang Warsita, 2008) PSB
dipandang sebagai suatu kegiatan yang terorganisasi yang terdiri dari direktur
PSB, staf, peralatan, dan bahan-bahan pembelajaran yang ditempatkan dalam suatu
lokasi yang mempunyai satu atau lebih fasilitas khusus untuk perencanaan,
pembuatan, penyajian, pengembangan, dan pelayanan yang berhubungan dengan
kurikulum dan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan. Dengan demikian PSB
merupakan wahana yang memberikan fasilitas dan kemudahan pada proses
pembelajaran, dimana berbagai jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola, dan
dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
pembelajaran (Sukorini, 2007) dalam Bambang Warsita (2008).
Fungsi
PSB antara lain:
·
Fungsi pengembangan system instruksional
·
Fungsi pelayanan media
·
Fungsi produksi
·
Fungsi administrasi
·
Fungsi pelatihan
Langkah-langkah dalam pengembangan PSB
adalah:
·
Analisis kebutuhan
·
Pengembangan sarana dan program
·
Implementasi
·
Pengelolaan
Manfaat dari pengembangan PSB (Bambang
Warsita, 2008) adalah:
·
Memperluas dan meningkatkan kesempatan belajar;
·
Melayani kebutuhan perkembangan informasi bagi
masyarakat;
·
Mengembangkan kreativitas dan produktivitas tenaga
pendidik dan kependidikan;
·
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran baik individu atau kelompok;
·
Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk
menunjang kegiatan kelas tradisional;
·
Mendorong cara-cara belajar baru yang paling cocok
untuk mencapai tujuan pembelajaran;
·
Memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi,
operasional, dan tindakan lanjutan untuk pengembangan system pembelajaran;
·
Melaksanakan latihan bagi para tenaga pendidik dan
kependidikan mengenai pengembangan system pembelajaran dan pemanfaatan TIK;
·
Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang
penggunaan media pembelajaran;
·
Menyebarkan berbagai informasi pembelajaran yang akan
membantu memajukan penggunaan berbagai macam sumber belajar;
·
Menyediakan pelayanan produksi bahan pembelajaran;
·
Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain
fasilitas sumber belajar;
·
Membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahan-bahan
media dan peralatannya;
·
Menyediakan pelayanan evaluasi untuk membantu
menentukan efektivitas berbagai cara/ metode pembelajaran.
b) Strategi
Pembelajaran
Aplikasi
praktis teknologi pembelajaran mempunyai bentuk yang konkret lainnya yaitu
dengan mengembangkan strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah
pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen
belajar. Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara atau
seperangkat cara atau tehnik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau
peserta didik dalam melakukan upaya terjadinya perubahan tingkah laku atau
sikap. Oleh karena itu strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien (Kemp, 1995 dalam Bambang Warsita, 2008).
Menurut
Bambang Warsita komponen strategi pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a. Urutan kegiatan pembelajaran: memulai,
menyajikan, dan menutup pelajaran pembelajaran.
b. Metode pembelajaran: cara yang digunakan
dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik alam mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Media yang digunakan: segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran.
d. Waktu tatap muka: alokasi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pembelajara dan waktu yang digunakan guru dalam
menyampaikan informasi pembelajaran.
e. Pengelolaan kelas: serangkaian tindakan
guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku peserta didik yang
diharapkan dan menghilangkan tingkah laku peserta didik yang tidak diharapkan,
sehingga guru dapat menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar
yang kondusif.
Pemilihan
strategi pembelajaran dapat berdasarkan pada pertimbangan atau kriteria
(Miarso, 2004: 532) sebagai berikut:
·
Tujuan belajar
·
Materi atau isi pelajaran
·
Peserta didik
·
Tenaga kependidikan
·
Waktu
·
Sarana yang dapat dimanfaatkan
·
Biaya
Adapun beberapa contoh aplikasi teknologi pendidikan
dalam meningkatkan produktivitas pendidikan dan keserasian pendidikan
diantaranya adalah melalui pembelajaran berbasis internet yang dinamakan,
perancangan dan pembuatan modul, digital library dan e-learning, Universitas
Terbuka, dan pendidikan jarak jauh.
a. Perancangan dan Pembuatan Modul
Pembelajaran
Dengan adanya pembuatan modul sistem
belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam
negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah
dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti
Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto
Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan
perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada pokoknya
masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu: (1) memperpendek waktu yang
diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut; (2) menyediakan
waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang dimungkinkan
untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.
b. Digital Library dan E-learning
E-learning memungkinkan pembelajar untuk
menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja
berada di Jakarta, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di
kota lain bahkan di negara lain. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur
sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika pembelajaran
ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang
dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja.
Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa
disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang
bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara
konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang
kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas
yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada
“mood” dan kondisi fisik dari instruktur.
Langkah- langkah dalam manajemen
pengelolaan program e-learning yakni:
1)
menentukan strategi yang jelas tentang target
audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya infrastruktur,
budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang tunai
2)
menentukan peralatan, adanya hubungan dengan perusahan
yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang
dikembangkan di sekolah
3)
menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat
spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response
time
4)
Kesemuanya itu hendaknya perlu dipikirkan masak-masak
dalam konteks investasi jangka panjang. Membudayakan belajar berbasis TIK
(Teknologi Informasi daan Komputer). Beberapa hal yang perlu dicermati dalam
menyelenggarakan program e-learning/ digital classroom adalah guru menggunakan
internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa untuk mengukur kemajuan
belajar siswa, siswa mampu mengatur waktu belajar, dan pengaturan efektifitas
pemanfaatan internet dalam ruang multi media.
Manfaat yang bisa dinikmati dari
e-learning:
a) Fleksibilitas. Jika pembelajaran
konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam
tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning
memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses
pelajaran.
b) E-learning memberikan kesempatan bagi
pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing,
artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan
akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya
terlebih dulu. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa
mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah
diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi
instruktur, narasumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada
waktu-waktu tertentu.
c) E-learning bisa memberikan manfaat yang
optimal jika beberapa kondisi berikut terpenuhi. Sebelum memutuskan untuk
mengikuti e-learning, perlu menentukan tujuan belajar, sehingga bisa memilih
topik, modul, lama belajar, biaya, dan sarana belajar secara elektronik yang
sesuai.
c. Universitas Terbuka dan Pendidikan Jarak
Jauh
Melalui Universitas terbuka guru dapat
memperoleh dan mengembangkan kualitas pendidikannya tanpa harus meninggalkan
tugasnya. Sistem pembelajaran UT dikelola oleh Unit Penyelenggara Belajar Jarak
Jauh (UPBJJ) yang dibentuk kelompok-kelompok belajar (POKJAR). Kegiatan belajar
dilaksanakan dalam kelompok belajar untuk mempelajari modul-modul yang telah
disiapkan sesuai mata kuliah yang ditempuh. Guru-guru yang bertempat tinggal di
daerah dapat mengikuti tanpa harus belajar ke kota Provinsi, dengan pokjarnya mahasiswa
dibawah bimbingan tutor berdiskusi membahas materi dalam modul. Setelah akhir
semester mahasiswa mengikuti ujian semester yang dilaksanakan oleh Universitas
Terbuka yang ditangani oleh UPBJJ terdekat. Menurut Allan J. Henderson,
e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer,
atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003) dalam
Ismanita (2009).
B. Prospek Teknologi Pembelajaran
Teknologi pendidikan dapat dilihat dari tiga perspektif,
yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai
suatu profesi. Meskipun demikian, ketiga perspektif itu berlandaskan pada
falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya
masing-masing dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah
ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi
lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan
harmonis.
Berdasarkan konsepsi teknologi pendidikan tugas pokok
ahli teknologi pendidikan itu dikategorikan sebagai berikut, (Miarso, 2004) :
1.
Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan,
terutama untuk mengatasi masalah belajar dimana saja.
2.
Merancang program dan sistem instruksional
3.
Memproduksi media pendidikan
4.
Memilih dan memanfaatkan media pendidikan
5.
Memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
6.
Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang
kreatif
7.
Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya
dalam pendidikan
8.
Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan
kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan
9.
Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian
dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
10. Penyusunan rumusan kebijakan dalam
bidang teknologi pembelajaran
Peluang pekerjaan para teknolog pendidikan biasanya
ditentukan oleh struktur dan tujuan dari lingkungan kerja tertentu dengan
merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga tersebut. Seal dan Glasgow dalam
Barbara Seels (1994), menguoraikan pangsa pasar kerja dengan membedakan dua
peran yaitu peneliti dan praktisi. Lingkup teknologi pendidikan yang sangat
luas tidak memungkinkan seseorang untuk menguasai keahlian dalam setiap
kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku bagi peneliti maupun praktisi. Kebanyakan
teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut keahlian khusus dalam
satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan teknologi tertentu atau
pemanfaatan media.
Dalam konsep tenaga profesi teknologi pendidikan yang
saat ini sedang diusulkan pengakuannya oleh pemerintah, dikenal perjenjangan. Usulan
jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan menjabarkan peringkat
profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten Pengembang Teknologi Pendidikan
Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan Utama. Perjenjangan ini
dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.