Oleh: Yogi Iskandar
NIM. 82321415067
Dosen: Prof. DR. H.
Djam’an Satori, MA,
A.
Ontologi
Ontologi
merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno. Awal pula alam pikiran barat sudah menunjukkan munculnya
perenungan di bidang otologi. Yang tertua di bidang filsuf Barat yang dikenal
adalah Orang Yunani yang bijak dan arif ia bernama Thales.
Thales
merupakan orang pertama yang memiliki pendirian sangat berbeda di tengah-tengah
pandangan umum yang berlaku saat itu. Bagi semua orang kecuali dia, waktu itu
segala sesuatu dipandang sebagai keadaan wajar.
Apabbila menemukan kayu, besi air, daging, dan sebagainya hal- hal
tersebut di pandang sebagai subtansi-subtansi (yang berdiri sendiri-sendiri).
Dengan kata lain bagi kebanyakan orang tidaklah ada pemilihan antara kenampakan
(appereance) dengan Kenyataan (reality).
Ontologi adalah studi filosofis
tentang hakikat ini, eksistensi atau kenyataan seperti itu, serta menjadi
kategori dasar dan hubungan mereka. Tradisional
terdaftar sebagai bagian dari cabang utama filsafat yang dikenal sebagai
metafisika, ontologi berkaitan dengan pertanyaan mengenai apa yang ada entitas
atau dapat dikatakan ada, dan bagaimana badan tersebut dapat dikelompokkan,
terkait di dalam hirarki, dan dibagi menurut persamaan dan perbedaan .
Ikhtisar Ontologi, dalam filsafat
analitik, menyangkut menentukan apakah beberapa kategori yang sangat penting
dan bertanya dalam apa arti item dalam kategori tersebut dapat dikatakan
"menjadi". Ini adalah penyelidikan berada di begitu banyak seperti
sedang, atau menjadi makhluk sejauh mereka ada dan tidak sejauh, misalnya,
fakta-fakta tertentu yang diperoleh tentang mereka atau properti tertentu yang
berhubungan dengan mereka.
Untuk Aristoteles ada empat dimensi
ontologis yang berbeda:
1)
Menurut berbagai kategori atau cara menangani yang sedang
seperti itu
2)
Menurut kebenaran atau kesalahan (misalnya emas palsu, uang
palsu)
3)
Apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atau hanya
'datang bersama' oleh kecelakaan.
4)
sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) atau jadi
kehadiran (Buku Metafisika Theta).
Beberapa filsuf, terutama dari sekolah Plato, berpendapat
bahwa semua kata benda (termasuk kata benda abstrak) mengacu kepada badan ada.
filsuf lain berpendapat bahwa kata benda tidak selalu entitas nama, tetapi
beberapa memberikan semacam singkatan untuk referensi untuk koleksi baik benda
atau peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk pada
suatu entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental yang dialami oleh
seseorang; masyarakat yang mengacu pada kumpulan orang-orang dengan beberapa
karakteristik bersama, dan geometri mengacu pada koleksi dari jenis yang spesifik
intelektual . Aktivitas Di antara kutub realisme dan nominalisme, ada juga
berbagai posisi lain, tetapi ontologi apapun harus memberi penjelasan tentang
kata-kata yang mengacu kepada badan usaha, yang tidak, mengapa, dan apa
kategori hasil. Ketika seseorang berlaku proses ini untuk kata benda seperti
elektron, energi, kontrak, kebahagiaan, ruang, waktu, kebenaran, kausalitas,
dan Tuhan, ontologi menjadi dasar untuk banyak cabang filsafat
Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai
teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a)
apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b)
bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c)
bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau
ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek
formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika)
dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan
ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan
dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap
makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
· Apakah
artinya ada, hal ada ?
· Apakah
golongan-golongan dari hal yang ada ?
· Apakah
sifat dasar kenyataan dan hal ada ?
· Apakah
cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis
yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan
bilangan) dapat dikatakan ada ?
Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari
Konsepsi Aristoteles
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud
seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan
metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real
nature) dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip benda
tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati
ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1)
kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan
itu tunggal atau jamak?
2)
Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan
(realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang
memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Ontologi
adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Sebelum
manusia menyelidiki yang lain,manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Pembahasan
tentang hakekat dari administrasi pendidikan dengan ciricirinya yang
spesifik atau tentang apa yang dikaji oleh Administrasi Pendidikan
sebagai imu pengetahuan. Isi tentang apa itu (filsafat) administrasi
pendidikan.
B.
Axiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki
nilai-nilai.Dikatakan memiliki nilai bila berguna, benar, bermoral, etis dan
nilai religius. pembahasan tentang Kegunaannya.
Untuk apa ilmu administrrasi digunakan. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal
dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos
yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun
S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup
kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik,
sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga,
yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi
merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau
kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai
ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap
tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.
1. Penilaian Dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu
etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis
dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku,
norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat
tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan
para kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan,
keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh
Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari
pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah
norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu
sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan,
melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah
agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
2. Kegunaan Aksiologi Terhadap
Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun
ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Nilai kegunaan ilmu, untuk
mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan,
kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1)
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan
mereaksi dunia pemikiran.
2)
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori
filsafat ilmu.
3)
Filsafat sebagai pandangan hidup.
4)
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya
diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
5)
Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
6)
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada
batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka
batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu
dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang
sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana
maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang
detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam
kehidupan manusia.
3. Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat
Ilmu
Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran
tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek
berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu?
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu
harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan
ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan
harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan
topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang
ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan
utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif .
C.
Epistemologi
Epistemologi
dalah studi tentang pengetahuan benda-benda. Ilmu filsafat yang menyelidiki
sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat
ilmu pengetahuan. Pembahasan secara mendasar tentang bagaimana
isi kensep yang membedakannya dengan ilmu lain dan bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan atau metode bagaimana yang digunakan untuk
memperoleh ilmu adminstrasi pendidikan
Epistemologi atau teori pengetahuan
adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Mula-mula manusia percaya bahwa
dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya
para filosof pra Sokrates, yaitu filosof pertama di alam tradisi Barat, tidak
memberikan perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka memusatkan
perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga mereka kerap
dijuluki filosof alam.
Metode ernpiris yang telah dibuka
oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada Zaman Renaisans dengan tokoh
utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua di antara karya-karyanya yang menonjol
adalah The Advancement of Learning dan Novum Organum (organum
baru).
Fisafat
Bacon mempunyai peran penting dalam metode Irrduksi dan sistematis menurut
dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan
pada manusia atas alam melalui peyelidikan ilmiah. mam. Karena itu usaha yang
ia lakukan pertama kali adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya,
pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan, dan tidak akan bermakna kecuali
ia mernpunyai kekuatan yang dapat membantu meraih kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas Bacon mengenai ciri dan
tugas filsafat tampak paling mencolok dalam Novum Organum.
Pengetahuan dan kuasa manusia satu sama lain, menurutnya alam tidak dapat
dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada alam. Manusia
perlu mengenalnya terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam diperlukan
observasi. Pengetahuan, penjelasan. dan pembuktian.
Umat manusia ingin menguasai alam
tetapi menurut Bacon, keinginan itu tidak tercapai sampai pada zamannya hidup,
hal ini karena ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara
logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu pengetanuan.
Bahkan, Bacon meganggap logika lebih cocok untuk melestarikan kesalahan dan
kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran.
1) Metode Induktif
Induksi
yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi
dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang luas
diterima, ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif
bila bertolak dari pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil
pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataan pernyataan universal.
2) Metode Deduktif
Deduksi
adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut
dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis
teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau
ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan
jalan rnenerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari
teori tersebut.
3) Metode Positivisme
Metode
ini dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang
diketahui yang faktual yang positif. Dia menyampingkan segala uraian persoalan
di luar yang ada sebagai fakta oleh karena itu, ia menolak metafisika yang
diketahui positif, adalah segala yang nampak dan segala efode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
4) Metode Kontemplatif
Metode
ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkanpun akan berbeda-beda seharusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
5) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya
jaujab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates.
Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika,
yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis
sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam dan metode
peraturan, juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung
dalam pandangannya.
Dapat file Disini